IMF: Indonesia Tetap Menjadi Titik Cerah Ekonomi saat Dunia Memburuk
Dana Moneter Internasional (IMF) melihat kinerja ekonomi Indonesia masih cukup menjanjikan di tengah perkiraan perlambatan ekonomi global. Lembaga berencana kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun depan di tengah meningkatnya risiko resesi.
"Indonesia tetap menjadi sebuah titik yang terang di tengah ekonomi dunia yang memburuk," tulis Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva dalam unggahan di akun instagram pribadinya @kristalina.georgieva, Senin (10/10).
Bos IMF itu menggelar pertemuan bilateral dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani di sela pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia di Washington DC, Amerika Serikat pekan ini. Dalam unggahannya, Georgiva membagikan foto bersama dengan Sri Mulyani dan rombongan delegasi Kementerian Keuangan.
Dalam unggahan terpisah, Sri Mulyani juga turut menuliskan topik diskusi dalam pertemuannya dengan Georgieva. Keduanya berdiskusi soal perkembangan terkini ekonomi global, dengan banyak negara sedang dalam kondisi yang tidak baik-baik saja.
Georgieva bercerita ke Sri Mulyani bahwa sepertiga ekonomi dunia akan mengalami tekanan ekonomi dalam 4-6 bulan ke depan. Tekanan berasal dari masalah beban utang yang tinggi, diperburuk oleh fundamental makroekonomi dan isu stabilitas politik.
Meski demikian, tampaknya ekonomi Indonesia tetap akan positif di tengah kondisi buruk. "Kristalina Georgieva memberikan apresiasi kepada Indonesia yang meraih pertumbuhan tinggi dengan kondisi stabilitas politik dan fundamemtal ekonomi yang kuat di tengah kondisi dunia yang berat," tulis Sri Mulyani dikutip dari instagram pribadinya @smindrawati.
Dalam pertemuan tersebut, keduanya juga berbincang terkait mekanisme mitigasi risiko resesi ekonomi global. Mekanisme ini berupa bantalan alias buffer bagi negara-negara yang kesulitan, agar tidak terporosok ke dalam jurang krisis dan resesi ekonomi yang lebih dalam.
"Indonesia akan terus aktif mendukung dirumuskannnya opsi-opsi dan langkah konkret untuk memitigasi risiko multi krisis saat ini," kata Sri Mulyani.
Pujian IMF terhadap ekonomi domestik itu datang saat prospek ekonomi dunia justru makin gelap. IMF memperkirakan risiko resesi ekonomi global telah meningkat. Proyeksi pertumbuhan dunia tahun depan 2,9% juga berencana dipangkas dalam laporan terbarunya pekan ini.
Kondisi ekonomi akan terasa seperti resesi sekalipun beberapa negara masih berhasil tumbuh positif. Hal ini karena pendapatan riil telah menyusut dan harga-harga naik.
Lembaga juga memperingatkan resesi berkepanjangan bisa terjadi di banyak negara jika pengetatan moneter terlalu agresif dan terlalu cepat serta dilakukan bersamaan di seluruh negara. Beberapa bank sentral negara maju seperti AS, Eropa, Inggris, Kanada hingga Australia telah memperketat kebijakan moneternya demi memerangi inflasi.
"Kami memperkirakan bahwa negara-negara yang menyumbang sekitar sepertiga dari ekonomi dunia akan mengalami setidaknya dua kuartal berturut-turut kontraksi tahun ini atau tahun depan," kata Gerogieva dalam diskusi di Georgetown University, AS pekan lalu.