Meski Dunia Suram, OECD Kerek Prospek Ekonomi RI 2022 Tumbuh Jadi 5%
Organisasi untuk kerja sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini. Kondisi RI diperkirakan tetap positif meski dunia terancam perlambatan ekonomi.
OECD mengerek angka prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia jadi 5%, naik dari 4,7% pada Juni 2022 lalu. Sebelumnya, Bank Pembangunan Asia (ADB) merevisi ke atas prospek ekonomi Indonesia. Sedangkan serta Bank Dunia tetap mempertahankan outlook ekonomi Indonesia.
"Indonesia diperkirakan akan mengalami perlambatan di paruh kedua tahun berjalan karena inflasi yang lebih tinggi mengikis pertumbuhan konsumsi swasta. Tetapi PDB diproyeksikan meningkat sekitar 5% pada tahun 2022 dan 4,75% pada tahun 2023," dikutip dalam laporan terbaru OECD, Rabu (28/9).
Sebelumnya ADB merevisi ke atas ekonomi Indonesia 0,2 poin menjadi 5,4%. Adapun Bank Dunia mempertahankan ramalan pertumbuhan ekonomi RI 5,1%.
OECD juga merevisi ke atas perkiraan inflasi Indonesia tahun ini sebesar 0,3 poin persentase menjadi 4,1%. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan perkiraan Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia yang memperkirakan inflasi akan di atas 6% seiring naiknya harga BBM.
Pengetatan moneter oleh bank sentral serta permintaan global yang lemah akan meredakan tekanan inflasi pada tahun depan. Inflasi diperkirakan melandai ke 3,9% tahun depan, tetapi masih tetap lebih tinggi 0,1 poin persentase dibandingkan perkiraan sebelumnya.
Prospek ekonomi Indonesia direvisi ke atas bersama mayoritas negara berkembang dan emerging market lainnya di G20, kecuali Cina dan Afrika Selatan. Rusia diperkirakan tumbuh lebih kuat dari perkiraan sebelumnya meskipun dihantam sanksi oleh barat. Perekonomiannya direvisi ke atas hingga 4,5 poin persentase menjadi minus 5,5%.
Ekonomi Arab Saudi menangguk untung dari kenaikan harga minyak dunia. OECD merevisi ke atas proyeksi pertumbuhan Arab Saudi 2,2 poin persentase ke level nyaris 10%. Ekonomi Turki juga direvisi ke atas 1,7 poin menjadi 5,4%. Begitu pula Brasil yang ekonominya kemungkinan naik sebesar 1,9 poin menjadi 2,5%.
Kebalikannya, mayoritas negara maju terutama di Amerika Serikat diperkirakan tumbuh lebih lambat tahun ini. Proyeksi pertumbuhan AS tahun ini dipangkas 1 poin menjadi 1,5% dan diperkirakan masih melambat dengan pertumbuhan 0,5% pada tahun depan.
Namun pertumbuhan Zona Euro secara mengejutkan diperkirakan tumbuh lebih kuat 0,5 poin menjadi 3,1%. Pertumbuhan ini ditopang ekonomi Perancis, Italia dan Spanyol yang prospek pertumbuhannya direvisi ke atas.
Sedangkan perekonomian Jerman kemungkinan akan melambat tahun ini. Begitu pula Ekonomi Jepang, Inggris, Australia dan Kanada juga kompak direvisi antara 0,1-0,4 poin.
Pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini diperkirakan sebesar 3% dan akan melambat menjadi 2,2% pada tahun depan. Faktor utama yang memperlambat pertumbuhan global adalah pengetatan kebijakan moneter yang sedang berlangsung di sebagian besar negara besar guna melawan inflasi.
"Kepercayaan konsumen yang rendah dan harga produk energi yang tinggi terutama gas alam di Eropa, akan berdampak negatif baik bagi konsumsi swasta maupun bisnis investasi," kata OECD.