Fajar menyatakan, sebagain besar produk yang diproduksi perusahaan lebih banyak dialokasikan ke pasar ekspor. Sedangkan pasar dalam negeri hanya berkontrubusi sekitar 20%.
Oleh karena itu, ia berharap perusahaan nasional bisa meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) pada setiap produk manufakturnya.
(Baca: Gerbong Sudah Diekspor, Rel Kereta di Indonesia 100% Masih Impor)
Sepanjang tahun ini, perusahaan menargetkan realisasi ekspor bisa mencapai US$ 40 juta atau sekitar Rp 556 miliar. Jumlah tersebut naik 29% dari realisasi tahun lalu.
Sedangkan pada 2019, Barata membukukan pendapatan perusahaan tercatat mencapai Rp 2,2 triliun atau tumbuh 1,3% secara tahunan dengan total laba bersih Rp 71 miliar atau naik 4,5% dibandingkan tahun sebelumnya Rp 68 miliar.