Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di sektor konstruksi dan manufaktur PT Barata Indonesia (Persero) pada tahun ini akan memperluas pasar ekspor ke Benua Afrika, seperti Kongo dan Tanzania. Adapun produk yang akan diekspor salah satunya berupa komponen rangka dasar badan kereta api atau bogie.
Direktur Utama Barata Indonesia Fajar Harry Sampurno menjelaskan, untuk kerja sama ekspor ke Afrika, pihaknya juga akan melibatkan PT Industri Kereta Api (INKA) untuk membangun rel kereta sepanjang 1.600 kilometer (km).
"Sudah mulai jalan, mungkin bulan depan kami akan balik lagi kesana untuk mendalami butuhnya berapa, akan seperti apa," kata Fajar saat ditemui di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (21/2).
(Baca: Disokong Pabrik Baru, BUMN Barata Indonesia Targetkan Ekspor Naik 29%)
Adapun saat ini Barata telah mengekspor berbagai macam produk ke luar negari. Ekspor tersebut di antaranya, komponen turbin ke Argentina, Panama, Maroko, Dubai, Pakistan, Irak, Bangladesh , Singapura, Korea dan Jepang.
Kemudian ada pula produk ekspor foundry (pengecoran) ke Argentina, Chile, dan Australia, dan serta beberapa produk perangkat pabrik semen ke Dubai dan Kanada.
Fajar menyatakan, sebagain besar produk yang diproduksi perusahaan lebih banyak dialokasikan ke pasar ekspor. Sedangkan pasar dalam negeri hanya berkontrubusi sekitar 20%.
Oleh karena itu, ia berharap perusahaan nasional bisa meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) pada setiap produk manufakturnya.
(Baca: Gerbong Sudah Diekspor, Rel Kereta di Indonesia 100% Masih Impor)
Sepanjang tahun ini, perusahaan menargetkan realisasi ekspor bisa mencapai US$ 40 juta atau sekitar Rp 556 miliar. Jumlah tersebut naik 29% dari realisasi tahun lalu.
Sedangkan pada 2019, Barata membukukan pendapatan perusahaan tercatat mencapai Rp 2,2 triliun atau tumbuh 1,3% secara tahunan dengan total laba bersih Rp 71 miliar atau naik 4,5% dibandingkan tahun sebelumnya Rp 68 miliar.