Disokong Pabrik Baru, BUMN Barata Indonesia Targetkan Ekspor Naik 29%
Perusahaan negara yang bergerak di bidang produksi komponen dan peralatan industri, serta jasa konstruksi Barata Indonesia menargetkan realisasi ekspor bisa mencapai US$ 40 juta atau sekitar Rp 556 miliar tahun ini. Jumlah tersebut naik 29% dari realisasi tahun lalu.
Direktur Utama Barata Indonesia Fajar Harry Sampurno menjelaskan, meski target ekspor meningkat, belum ada target penambahan destinasi ekspor baru. "Belum ada. Kami ekspor ke 17 negara. Kemudian tahun ini akan dinaikkan ekspornya," kata saat ditemui di Kantor Kementerian BUMN, Selasa (7/1).
(Baca: Dorong Efisiensi, Kementerian BUMN Bentuk Klaster Industri Manufaktur)
Barata mengekspor komponen dan peralatan industri seperti komponen kereta api dan pembangkit listrik. Komponen tersebut diekspor ke 17 negara, di antaranya Amerika Serikat, Kanada, Jepang, dan Mesir. Adapun kenaikan target ekspor sejalan dengan beroperasinya pabrik baru di Gresik, Jawa Timur.
Tahun lalu, Barata juga telah menyelesaikan akuisisi pabrik milik PT Siemens Indonesia di Cilegon, Banten. Pabrik tersebut memproduksi komponen turbin, serta peralatan tambahan untuk pembangkit listrik.
(Baca: Erick Thohir Akan Gabung 85 Hotel BUMN, Siapa Saja Pemiliknya?)
Kapasitas produksi dari pabrik ini mencapai 500 ribu jam per tahun. Saat ini, utilitas pabrik masih di atas 50%. Jadi, sekitar 250 ribu jam per tahun akan diserap oleh Siemens selama tiga tahun ke depan. Artinya, itu separuh dari load pabrik dan akan terus berlanjut.
Penambahan aset ini merupakan bagian dari komitmen pemerintah untuk meningkatkan kandungan lokal dalam setiap proyek strategis pemerintah. Adapun Barata mendapatkan penugasan dari pemerintah sebagai koordinator dalam program produk lokal pembangkit listrik.