Kerja Sama dengan Garuda, Yusril: Utang Sriwijaya Air Malah Membengkak

ANTARA FOTO/INDRIANTO EKO SUWARSO
Kerja sama tersebut membuat operasional Sriwijaya Air menjadi tak efisien dan justru membuat utang perusahaan semakin membengkak.
Penulis: Dimas Jarot Bayu
Editor: Agustiyanti
7/11/2019, 20.42 WIB

Kuasa Hukum Sriwijaya Air Yusril Ihza Mahendra menyebut, kerja sama Sriwijaya Air dengan Grup Garuda Indonesia yang berlangsung sejak akhir tahun lalu merugikan kliennya. Kerja sama tersebut membuat operasional Sriwijaya Air menjadi tak efisien dan justru membuat utang perusahaan semakin membengkak.

"Menurut persepsi Sriwijaya Air, utang bukannya berkurang malah membengkak selama dikelola oleh Garuda. Apalagi beberapa waktu yang lalu perjanjian KSO (kerja sama operasi) diubah menjadi KSM (kerja sama manajemen)," ujar Yusril di Kantor Kementerian Koordinator Maritim, Kamis (7/11).

Saat perubahan kerja sama, menurut dia, Garuda Indonesia secara sepihak menerapkan biaya manajemen sebesar 5% dan pembagian keuntungan sebesar 65% yang dihitung dari pendapatan kotor. Hal ini tentu membebani keuangan maskapai.

Apalagi menurut dia, operasional maskapai makin tak efisien di bawah pengelolaan Garuda. Ia mencontohkan, perawatan atau maintenance pesawat yang biasanya dilakukan oleh Sriwijaya saat ini dikerjakan PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk. (GMF). 

(Baca: Pecah Kongsi, Sriwijaya Air Sebut Kerja Sama dengan Garuda Bikin Boros)

Selain itu, kru pesawat yang semula ditempat di asrama yang dimiliki Sriwijaya Air selama bertugas, dipindahkan ke hotel sesuai kebijakan Garuda Indonesia. Kedua hal tersebut menambah beban biaya pada maskapai itu.

Bukan hanya masalah beban biaya, Yusril juga menyebut manajemen Garuda Indonesia yang ditempatkan pada Sriwijaya Air  sarat konflik kepentingan. Ia mencontohkan, manajemen justru mengurangi frekuensi penerbangan pada sejumlah rute-rute gemuk Sriwijaya Air. Namun di sisi lain, Citilink masuk dan mengisi rute-rute tersebut.

"Seperti ke Bangka Belitung, kampung Sriwijaya Air. Biasanya ada 14 penerbangan dengan tujuh penerbangan diisi Sriwijaya Air, sekarang tinggal dua dan diisi Citilink. Jadi sebenarnya ingin menyelamatkan Sriwijaya Air atau Garuda Indonesia?," ungkap dia.

Halaman: