PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) menduga perubahan budaya generasi milenial yang kini tak begitu mementingkan kepemilikan tempat tinggal menjadi salah satu penyebab penurunan penjualan rumah.
Berdasarkan hasil Survei Properti Residensial di pasar primer oleh Bank Indonesia (BI), penjualan properti residensial pada kuartal II 2019 turun 15,29% dibanding kuartal sebelumnya. Berbanding terbalik dibanding kuartal 2019 yang tumbuh 23,77%.
"Ada perubahan budaya di milenial, mereka mementingkan kehidupan-kehidupan untuk yang sesaat saja," kata Direktur Utama BTN Maryono ketika ditemui di kantornya, Jakarta, Selasa (13/8).
Menurut dia, banyak generasi milenial yang lebih memilih menyewa apartemen ketimbang membeli rumah. Hal ini berbeda dengan generasi sebelumnya yang lebih mementingkan untuk memiliki tempat tinggal tetap meski berada jauh dari lokasi tempat bekerja.
(Baca: Dilarang Jokowi Ganti Pengurus, Manajemen BTN Singgung Agenda RUPSLB)
Selain itu, menurut dia, kondisi perekonomian makro seperti dan nilai tukar yang melemah juga turut mempengaruhi. Faktor lain, lanjut dia, perizinan hunian yang terlalu panjang dan harga tanah yang tinggi juga menjadi penyebab turunnya penjualan properti.
Hingga semester I 2019, BTN mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 18,78% secara tahunan menjadi Rp 251,04 triliun. Pertumbuhan penyaluran kredit Bank BTN masih ditopang segmen kredit perumahan. Lini bisnis tersebut mencatatkan pertumbuhan sebesar 19,72% secara yoy menjadi Rp 173,61 triliun.
Segmen kredit perumahan tersebut ditopang melesatnya penyaluran KPR Subsidi yang tumbuh hingga 27,55% menjadi senilai Rp 90,75 triliun pada Juni 2019. Sementara itu, penyaluran KPR Non-subsidi BTN pun tercatat naik sebesar 13,08%menjadi Rp 74,39 triliun per Juni 2019.
(Baca: Harga Rumah Tipe Kecil Diramal Naik Paling Tinggi pada Kuartal III)
Maryono berharap pemerintahan yang baru nanti akan mampu membuat kondisi makro ekonomi dalam negeri menjadi lebih terjaga. Dia pun berharap Bank Indonesia turut melonggarkan kebijakan moneter guna membantu mendorong permintaan KPR.
"Menurunkan BI rate-nya, kemudian melonggarkan Rasio LTV (Loan to Value) sehingga memudahkan permintaan-permintaan KPR dari end user akan lebih mudah," kata Maryono.
Berdasarkan survei BI, penurunan penjualan rumah pada kuartal II 2019 dibanding kuartal sebelumnya terutama dipicu penurunan penjualan rumah tipe kecil dan menengah masing-masing sebesar 23,48% dan 12,88%. AdapunHanya rumah tipe besar yang mengalami pertumbuhan sebesar 24,56%.
Responden menyatakan faktor yang menyebabkan penurunan pertumbuhan penjualan properti residensial adalah melemahnya daya beli. Faktor lainnya adalah suku bunga KPR tinggi, tingginya harga rumah, dan permasalahan perizinan atau birokrasi dalam pengembangan lahan.