Selain Astra, Kini Salim 'Menguasai' Bisnis Air Bersih di Jakarta

Arief Kamaludin (Katadata)
Penulis: Yuliawati
31/8/2017, 17.51 WIB

Dengan mengakuisisi Acuatico, Moya menambah tiga perusahaan yang bergerak di bisnis air, yakni  PT Aetra Air Jakarta, PT Aetra Air Tangerang dan PT Acuatico Air Indonesia. Otomatis, Moya akan melanjutkan kontrak Aetra dalam pengadaan air wilayah Jakarta.

Aetra bersama Palyja merupakan perusahaan operator yang melayani air bersih di Jakarta. Kedua perusahaan ini memiliki kontrak penyediaan air dan pemasangan instalasi selama 25 tahun dengan BUMD Jakarta, PAM Jaya. Kontrak berakhir pada 2022. 

(Baca: Penjualan Produsen Indomie Turun Akibat Kompetisi Ketat dan Daya Beli)

Palyja dan Aetra memiliki wilayah operasi berbeda. Palyja melayani daerah Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan sebagian Jakarta Pusat. Sementara Aetra yang melayani Jakarta Timur, Jakarta Utara, dan sebagian Jakarta Pusat. Kedua perusahaan masing-masing memiliki sekitar 400.000 pelanggan terdiri dari sektor komersial dan rumah tangga.

Pemegang saham Palyja adalah Suez Environtment sebesar 51% dan anak usaha Astra International Tbk, Astratel bersama Citigrup yang memiliki 49% saham. Astratel dan Citigrup membeli saham Palyja dari Suez Environtment pada Juli 2006.

Direktur Utama PAM Jaya Erlan Hidayat, mengatakan tak mendapatkan informasi mengenai proses akuisisi Grup Salim terhadap Acuatico. "Sampai sekarang belum mendapatkan keterangan resmi," kata Erlan, dihubungi Katadata, Kamis (31/8).

Dia mengatakan kerja sama PAM Jaya dengan PT Aetra Air Jakarta akan tetap berlanjut meskipun terdapat perubahan kepemilikan perusahaan.

Peneliti Amrta Institute Nila Ardhianie menyatakan transaksi Salim mengakuisisi Acuatico merupakan transaksi yang menarik. "Acuatico memegang proyek air yang sangat besar melayani kota dengan penduduk yang sangat padat," kata Nila yang kerap membuat penelitian mengenai pelayanan air. 

Nila mengatakan bisnis air di Jakarta pasti menguntungkan dengan kondisi pasar captive atau konsumen tak memiliki piihan lain. "Alternatif air di Jakarta hanya air tanah dan di beberapa lokasi air tanah sudah tak dapat dipakai jadi sangat bergantung sama air pipa," kata Nila.

Halaman: