PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. masih mengalami rugi bersih sekitar US$ 283,8 juta pada semester I tahun ini. Kerugiannya membengkak 349% dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar US$ 63,2 juta. Padahal, selama enam bulan pertama tahun ini kinerja Garuda sedikit membaik seiring peningkatan pendapatan operasional sebesar 7%.
Direktur Utama Garuda Pahala N. Mansyuri menjelaskan kerugian ini terjadi akibat terbebani harga bahan bakar yang meningkat 36,5% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Hal ini menyebabkan rugi Garuda sebesar US$ 138 juta di luar non-reccuring expense sebesar US$ 145,8 juta akibat dampak kebijakan pengampunan pajak (tax amnesty).
"Adapun nett loss Garuda secara keseluruhan di semester-I 2017 sebesar US$ 283,8 juta," ujar Pahala melalui keterangan resminya, di Jakarta, Kamis (27/7). (Baca: Citilink Rombak Rute Penerbangan untuk Dongkrak Keuangan Garuda)
Dari sisi pendapatan, pada semester I-2017 Garuda membukukan pendapatan operasional sebesar US$ 1,9 miliar, naik 7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Menurut Pahala, peningkatan pendapatan ini merupakan capaian yang baik di tengah menurunnya kinerja operasional industri penerbangan dunia.
Adapun, pertumbuhan kinerja operasional ini ditopang oleh pendapatan internasional yang meningkat. Selain itu, pendapatan di sektor penerbangan tidak berjadwal atau non-scheduled flight services juga tumbuh cukup signifikan, sebesar 131,8 persen dibandingkan semester I tahun lalu.
(Baca: Rini Tantang Bos Baru Garuda Bikin Paket Wisata Menarik)
"Melalui momentum pertumbuhan kinerja yang berhasil dicapai perusahaan tersebut, kami optimistis kinerja operasional dan keuangan Garuda akan terus tumbuh positif hingga akhir tahun 2017," ujar Pahala.
Pada semester I-2017 ini, Garuda Indonesia Group mencatat jumlah penumpang atau passanger carried sebanyak 17,2 juta atau meningkat sebesar 3,9 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun 2016. Khusus untuk passenger carried rute tercatat tumbuh 15 persen.
Pendapatan dari angkutan barang atau cargo juga meningkat 17,3 persen menjadi US$ 115,6 juta dan ancillary revenue mencapai US$ 36,3 juta atau tumbuh 20,6 persen. Garuda juga berhasil mempertahankan On Time Performance (OTP) atau ketepatan waktu penerbangan mencapai 85 persen. (Baca: Terbang Internasional Perdana dari Terminal 3, Garuda Tepat Waktu)
Tingkat keterisian penumpang pada semester I-2017 ini tercatat sebesar 73,3 persen, naik cukup tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 70,8 persen. Untuk keterisian penumpang internasional mencapai 74,7 persen. Adapun pangsa pasar (market share) Garuda pada sektor internasional sebesar 28 persen dan untuk domestik sebesar 39,5 persen.