Tertekan Harga BBM, Rugi Garuda Bengkak 349% Jadi US$ 283 Juta

Donang Wahyu|KATADATA
Penulis: Miftah Ardhian
27/7/2017, 22.12 WIB

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. masih mengalami rugi bersih sekitar US$ 283,8 juta pada semester I tahun ini. Kerugiannya membengkak 349% dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar US$ 63,2 juta. Padahal, selama enam bulan pertama tahun ini kinerja Garuda sedikit membaik seiring peningkatan pendapatan operasional sebesar 7%.

Direktur Utama Garuda Pahala N. Mansyuri menjelaskan kerugian ini terjadi akibat terbebani harga bahan bakar yang meningkat 36,5% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Hal ini menyebabkan rugi Garuda sebesar US$ 138 juta di luar non-reccuring expense sebesar US$ 145,8 juta akibat dampak kebijakan pengampunan pajak (tax amnesty).

"Adapun nett loss Garuda secara keseluruhan di semester-I 2017 sebesar US$ 283,8 juta," ujar Pahala melalui keterangan resminya, di Jakarta, Kamis (27/7). (Baca: Citilink Rombak Rute Penerbangan untuk Dongkrak Keuangan Garuda)

Dari sisi pendapatan, pada semester I-2017 Garuda membukukan pendapatan operasional sebesar US$ 1,9 miliar, naik 7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Menurut Pahala, peningkatan pendapatan ini merupakan capaian yang baik di tengah menurunnya kinerja operasional industri penerbangan dunia.

Adapun, pertumbuhan kinerja operasional ini ditopang oleh pendapatan internasional yang meningkat. Selain itu, pendapatan di sektor penerbangan tidak berjadwal atau non-scheduled flight services juga tumbuh cukup signifikan, sebesar 131,8 persen dibandingkan semester I tahun lalu.

Halaman: