Imbas Pandemi Covid-19, PTBA Pertimbangkan Revisi Belanja Modal 2020

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Ilustrasi, aktivitas tambang batu bara. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mempertimbangkan revisi modal kerja atau capex tahun 2020 karena adanya pandemi Covid-19.
Penulis: Ihya Ulum Aldin
4/5/2020, 20.21 WIB

Sepanjang kuartal I 2020 PT Bukit Asam Tbk (PTBA) baru menyerap belanja modal alias capital expenditure (capex) sebesar Rp 407 miliar. Artinya, serapannya baru sekitar 10% dari total anggaran capex senilai Rp 4 triliun.

Direktur Keuangan PTBA Mega Satria menjelaskan, porsi terbesar capex sepanjang kuartal I 2020 adalah untuk pengembangan, yakni sebesar Rp 368 miliar. Dari alokasi tersebut, paling besar digunakan untuk tambahan setoran modal dalam proyek PLTU Mulut Tambang Sumsel 8, sebanyak US$ 18 juta atau sekitar Rp 250 miliar.

Proyek PLTU Mulut Tambang Sumsel 8 berkapasitas 2x620 megawatt (MW) ini berada di Tanjung Enim. PTBA menargetkan proyek rampung dan mulai beroperasi pada 2022.

"Sementara, dari total penggunaan capex di kuartal I 2020, sekitar Rp 39 miliar digunakan untuk investasi rutin, seperti perbaikan alat-alat," kata Mega dalam konferensi pers secara virtual, Senin (4/5).

Ia menambahkan, PTBA mungkin akan merevisi belanja modal tahun ini karena dampak pandemi virus corona (Covid-19). Namun, PTBA masih mengkaji secara keseluruhan perubahan alokasi capex seperti apa yang akan dilakukan, dan akan mengumumkannya Juni 2020.

(Baca: Tertekan Penurunan Harga Batu Bara, Laba PTBA Kuartal I Anjlok 21,04%)

Seperti diketahui, penurunan harga batu bara global, diiringi oleh peningkatan beban produksi menekan kinerja PTBA sepanjang triwulan I 2020.

Mengutip laporan keuangan dalam keterbukaan informasi, Jumat (1/5), sepanjang kuartal I 2020 PTBA mencatatkan pendapatan sebesar Rp 5,12 triliun, turun 4,01% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Dari segi penjualan, pada kuartal I 2020 penjualan batu bara PTBA tercatat sebesar Rp 5,03 triliun, turun 1,87% dibanding kuartal I 2019 yang sebesar Rp 5,13 triliun.

Pendapatan PTBA dipengaruhi harga jual rata-rata batu bara, yang turun sebesar 3,9% menjadi Rp 741.845 per ton dari sebelumnya Rp 772.058 per ton. Penurunan tersebut disebabkan oleh penurunan harga batu bara Newcastle sebesar 29,5%, dan harga batu bara thermal Indonesia sebesar 6,9%.

Kinerja pendapatan yang turun disertai peningkatan beban, membuat laba bersih PTBA sepanjang kuartal I turun 21,04% menjadi Rp 908,97 miliar. Sebelumnya, pada kuartal I 2019, PTBA berhasil menorehkan laba sebesar Rp 1,15 triliun.

(Baca: Terdampak Corona, Bukit Asam Bakal Revisi Target Bisnisnya Tahun Ini)

Reporter: Ihya Ulum Aldin