Damar Wulan, Kesenian yang Menceritakan Kisah Konflik Dua Wilayah
Maka, berlandaskan wahyu yang diterimanya, Kencono Wungu memerintahkan Damar Wulan untuk memimpin pasukan menyerang Blambangan. Damar Wulan dijanjikan akan dinikahi oleh Kencono Wungu apabila berhasil mengalahkan Minak Jinggo.
Berkat bantuan dua selir Minak Jinggo, yakni Waeta dan Puyengan, Damar Wulan berhasil mendapatkan senjata pusaka "gada wesi kuning". Senjata ini ia gunakan untuk mengalahkan Minak Jinggo.
Sebagai bukti atas kemenangannya, maka Damarwulan membawa kepala Minak Jinggo sebagai persembahan kepada Kencono Wungu. Atas keberhasilannya mengalahkan Minak Jinggo, Kencono Wungu menepati janjinya dan kemudian menikahi Damar Wulan.
Sejak saat itu, Damar Wulan menjadi raja Majapahit dengan gelar Brawijaya V, dan memerintah dengan didampingi permaisuri Kencono Wungu.
Versi Lain Cerita Damar Wulan
Ada banyak versi cerita yang mendasari kesenian Damar Wulan ini. Salah satu yang terkenal, adalah versi yang ditulis Sanusi Pane.
Sanusi Pane merupakan salah seorang sastrawan Indonesia yang digolongkan dalam angkatan pujangga baru. Ua menulis naskah Damar Wulan, yang diberi judul "Sandakala Ning Majapahit".
Dalam naskah drama yang ia susun ini, akhir ceritanya sangat berbeda dengan serat Damar Wulan yang dijadikan sebagai dasar pembuatan naskah Damar Wulan.
Dalam versi yang ditulis Sanusi Pane ini, nasib Damar Wulan berakhir menyedihkan. Damar Wulan dituduh berkhianat dan tidak dinikahkan dengan Kencono Wungu. Sang Pahlawan akhirnya dihukum mati. Setelah itu, Majapahit ditumbangkan oleh pasukan Kerajaan Demak
Terlepas dari beberapa versi yang beredar mengenai kisah Damar Wulan, kesenian tradisional asal Banyuwangi cukup populer bagi masyarakat Jawa Timur.
Kesenian ini, sering ditampilkan dalam seni tari, wayang maupun teater rakyat. Di Banyuwangi, teater rakyat yang sering mementaskan lakon Damar Wulan disebut sebagai kesenian Janger.