Produksi Minyak Pertamina dari Luar Negeri Belum Capai Target

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Gedung Pertamina di kawasan Jakarta Pusat (09/08). Target produksi minyak Pertamina dari luar negeri belum tercapai, salah satunya karena masalah kompresor di Aljazair.
4/9/2019, 18.34 WIB

PT Pertamina (Persero) menyatakan, produksi minyak dari aset luar negeri hingga semester I 2019 belum capai target tahun ini.  Ini karena masalah yang sempat terjadi di salah satu lapangan minyak Aljazair. Namun Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H. Samsu optimis di akhir tahun target akan tercapai.

Dharmawan menyampaikan hingga semester I tahun ini rata-rata produksi minyak Pertamina dari lapangan minyak luar negeri sebesar 99.930 barel minyak per hari. Angka tersebut setara dengan 88% dari target produksi yakni 112 ribu barel per hari. Sedangkan untuk gas mencapai 261 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd) dari target 300 juta MMscdf. 

"Belum capai target karena ada masalah kompresor di Aljazair, tapi sudah online sekarang," ujar Dharmawan saat ditemui di sela acara IPA Convex 2019, JCC, Jakarta, Rabu (4/9). 

(Baca: Pertamina Akan Mengebor 20 Sumur di Aljazair Hingga 2020)

Selain itu, Pertamina hanya menargetkan minyak yang dibawa ke Indonesia sebesar 7 juta barel pada tahun ini. Angka ini di bawah target yang disampaikan Direktur Utama Pertamina Internasional EP (PIEP) Denie Tampubolon yakni 8 juta barel. Ada pun, realisasi tahun lalu hanya 6,5 juta barel.

Dharmawan menjelaskan minyak yang diproduksikan oleh Pertamina di luar negeri tidak seluruhnya dapat di bawa ke tanah air. Pasalnya ada beberapa jenis minyak mentah yang belum cocok untuk kilang Pertamina.

"Yang bisa dibawa karena entitled dan minyaknya cocok itu 7 juta barel," kata Dharmawan.

(Baca: Jatah Minyak dan Gas Pertamina dari Aset Luar Negeri Meningkat)

Seperti diketahui, Pertamina Internasional EP saat ini mengoperasikan wilayah kerja yang tersebar di 12 negara. Negara yang dimaksud adalah yakni Irak, Aljazair, Malaysia, Kanada, Kolombia, Prancis, Gabon, Italia, Myanmar, Namibia, Nigeria dan Tanzania.