Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan masalah kebocoran minyak dan gas di Blok Offshore Nort West Java (ONWJ) menjadi pelajaran untuk Pertamina. Perusahaan harus memiliki persiapan yang lebih matang dalam mengantisipasi risiko.
Persiapan yang dimaksud misalnya dalam hal stok oil boom atau alat penghalang minyak. "Oil boom itu harus punya stok yang lebih banyak," ujarnya di Gedung Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Kamis (1/8).
(Baca: Pertamina Klaim Tumpahan Minyak di Blok ONWJ Sudah Berkurang 10%)
Dengan oil boom yang mencukupi, tumpahan minyak dapat cepat teratasi dan tidak meluas. Meski begitu, ia menilai penanganan yang dilakukan Pertamina sudah benar. Ini berdasarkan tinjauannya ke lapangan.
Susi tak khawatir dengan dampak lingkungan akibat tumpahan minyak. "Pertamina akan bertanggung jawab terhadap dampak lingkungan maupun material. Menjaga laut itu tidak mudah," ujarnya.
(Baca: Imbas Tumpahan Minyak Pertamina, 100 Ha Tambak Garam Setop Beroperasi)
Sebelumnya, Pertamina melansir tumpahan minyak bisa mencapai 3.000 berel per hari. Namun, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan tumpahan minyak sudah berkurang sekitar 10%. Ini berdasarkan pantauan udara.
Ia menyatakan akan meningkatkan penanggulangan tumpahan minyak dengan menggunakan beragam peralatan seperti oil boom, helix skimmer, giant octopus skimmer, dan storage oily waste. Selain itu, mematikan sumur yang mengalami kebocoran, secara permanen.
(Baca: Petugas Pemda Bersihkan Tumpahan Minyak Pertamina di Kepulauan Seribu)
Pertamina menyatakan akan bertanggung jawab untuk memperbaiki lingkungan baik di laut maupun pesisir pantai yang tercemar akibat kebocoran migas tersebut. Perusahaan juga menjanjikan kompensasi bagi masyarakat yang terkena dampak dari tumpahan minyak. Adapun tumpahan minyak yang terkumpul akan dibawa ke pabrik pengolahan limbah milik PT Pertamina Patra Niaga di Karawang.