PT Gorontalo Minerals, anak usaha PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), memperoleh izin kegiatan operasi produksi dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Tambang tembaga dan emas ini bakal mulai produksi paling lambat semester pertama 2022.
"Kita mau secepat-cepatnya di akhir 2021. Kalau bisa lebih cepat, kenapa tidak?" kata Direktur dan Investor Relations Bumi Resources Minerals, Herwin W Hidayat ketika ditemui di Bakrie Tower, Jakarta, Selasa (5/3).
Izin tersebut menjadi dasar bagi Gorontalo Minerals untuk mengembangkan dan mengoperasikan tambang tembaga dan emas yang dimiliki perusahaan di Gorontalo. Jangka waktu konstruksinya tiga tahun dan jangka waktu operasi serta produksi selama 30 tahun, terhitung setelah masa konstruksi selesai. Dengan demikian, perusahaan memiliki durasi waktu produksi hingga 31 Desember 2052.
Targetnya, dari tambang ini memproduksi bijih dengan rata-rata volume sebesar satu juta ton per tahunnya. Namun, Herwin mengatakan saat ini mereka tengah mengkaji kemungkinan untuk memulai produksi lebih awal dari sebagian cadangan yang ada melalui prosedur heap leaching.
(Baca: Bumi Mineral Jual 51% Saham Dairi Prima untuk Biayai Tambang Emas)
Teknologi heap leaching merupakan pengolahan batuan mengandung mineral logam dengan cara menyiram tumpukan batuan tersebut yang berupa material mentah dengan bahan kimia pelarut. Dengan begitu, mereka bisa langsung mengkonversi bijih tembaga yang dihasilkan menjadi katoda tembaga (copper cathode) tanpa melalui proses konsentrat.
Menurut Herwin, mereka tengah mengupayakan penerapan teknologi itu supaya bisa mempercepat produksi dengan biaya yang sangat minim karena tidak membutuhkan pabrik pemurnian (smelter) untuk sementara waktu. "Tapi, memang hanya tonase volume yang terbatas, jadi tidak bisa semua (bijih tembaga). Ke depan kami butuh smelter," katanya.
Jika penerapan heap leaching ini bisa berjalan, dia mengatakan, belanja modal atau capital expenditure (capex) yang diperlukan akan sangat rendah. Biayanya jauh lebih murah dibandingkan membangun smelter. Nilainya tidak lebih dari US$ 30 juta, sehingga pendanaannya dapat dibiayai dengan menggunakan kas internal perusahaan.
Sebanyak 80% saham Gorontalo Minerals dikuasai oleh Bumi Resources Minerals. Sisanya, 20% dipegang oleh PT Aneka Tambang Tbk. (Antam). Saat ini, Gorontalo Minerals mengoperasikan konsesi tambang berdasarkan Kontrak Karya atas lahan seluas 24.995 hektare di Kabupaten Bone Bolango.
(Baca: Grup Bakrie Restrukturisasi Utang Rp 69 Triliun)
Lokasi-lokasi tambang yang saat ini dioperasikan oleh mereka terletak di area Sungai Mak, Cabang Kiri, Motomboto North, Motomboto East, dan Kayu Bulan. Estimasi sumber dayanya sebesar 400 juta ton bijih dengan kadar 0,48% tembaga dan 0,43 g/t emas. Di Sungai Mak cadangannya mencapai 105 juta ton bijih dengan kadar 0,7% tembaga dan 0,33 g/t emas.