PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) mencatatkan laba bersih periode 2018 sebesar US$ 308,52 juta atau Rp 4,34 triliun, naik 126% dari tahun sebelumnya yang hanya US$ 143,15 juta. Upaya efisiensi berhasil membuat perolehan laba bersih perseroan nasik sangat signifikan, ketimbang pertumbuhan pendapatannya.
"Kami melakukan berbagai upaya efisiensi sehingga mampu mencetak laba di tengah kondisi perekonomian yang sedang mengalami perlambatan," kata Sekretaris Perusahaan PGN Rachmat Hutama, dalam keterangannya, Kamis (21/2).
Meski laba bersihnya naik lebih dari dua kali lipat, sepanjang tahun lalu endapatan PGN hanya tumbuh 8,4% menjadi US$ 3,87 miliar. Pendapatan ini diperoleh dari hasil penjualan gas sebesar US$ 2,79 miliar dan penjualan minyak dan gas (migas) sebesar US$ 585 juta. Sepanjang tahun lalu, PGN menyalurkan gas bumi sebesar 3.102 juta kaki kubik per hari (mmscfd) dengan rinciannya, volume gas distribusi sebesar 963 mmscfd dan volume transmisi gas bumi sebesar 2.139 mmscfd.
Pemanfaatan gas bumi dengan membangun infrastruktur gas bumi di berbagai daerah akan terus diperluas. "PGN berkomitmen membangun dan memperluas infrastruktur gas nasional," kata Rachmat. Adapun, infrastruktur pipa gas PGN bertambah sepanjang 2.456 kilo meter (km) tahun lalu. Saat ini totalnya mencapai lebih dari 9.909 km atau setara dengan 95% dari jaringan pipa gas bumi hilir nasional.
Dari infrastruktur tersebut, PGN telah menyalurkan gas bumi ke 1.739 pelanggan industri manufaktur dan pembangkit listrik, 1.984 pelanggan komersial (hotel, restoran, rumah sakit) dan Usaha Kecil Menengah (UKM), serta 177.710 pelanggan rumah tangga yang dibangun dengan investasi PGN. Pelanggan gasnya tersebar di berbagai wilayah mulai dari Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Utara dan Sorong, Papua Barat.
(Baca: Dukungan Keuangan PGN Melemah, Peringkat Kredit Saka Energi Dipangkas)
Saat ini, PGN juga telah mengelola dan menyalurkan gas bumi untuk sektor transportasi melalui 10 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) dan 4 Mobile Refueling Unit (MRU). Selain itu, untuk menunjang penyaluran serta kehandalan jaringan dan pasokan gas ke Pelanggan. PGN juga mengoperasikan dua fasilitas pengolahan dan penyimpanan gas terapung atau Floating Storage Regasification Unit (FSRU) di Jawa Barat dan Lampung.
Selain proyek infrastruktur pipa gas, PGN fokus mengembangkan infrastruktur jaringan gas rumah tangga (jargas), sesuai amanah Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2019 tentang Penyediaan dan Pendristribusian Gas Bumi melalui Jaringan Transmisi dan/atau Distribusi Gas Bumi Untuk Rumah Tangga dan Pelanggan Kecil.
PGN Akuisisi 51% saham Pertagas
Pada 28 Desember 2018, PGN mengakuisisi 51% kepemilikan saham pada PT Pertamina Gas (Pertagas) dari induk usahanya sendiri PT Pertamina (Persero). Dengan nilai akusisi sebesar Rp 20,18 triliun, PGN sekaligus mengambilalih anak usaha Pertagas, yakni PT Pertagas Niaga.
(Baca: Direstui Pemegang Saham, PGN Bayar Akuisisi Pertagas)
Dengan akuisisi ini, PGN memantapkan posisinya sebagai subholding gas Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pertamina. PGN mengelola mayoritas infrastruktur transmisi daan distribusi gas bumi. “Dengan begitu, PGN akan jauh lebih efisien serta terjadi penguatan pada rantai bisnis,” kata Rachmat.
Di sektor hulu gas, PGN memiliki Saka Energy. PGN juga mengembangkan produk gas alam cair atau Liquefied Natural Gas (LNG) yang dilakukan oleh PT PGN LNG Indonesia, penyaluran gas terkompresi (Compressed Natural Gas/CNG) melalui anak usaha PT Gagas Energi Indonesia.
(Baca: PGN Tawarkan Saka ke Pertamina)