PT Amman Mineral Nusa Tenggara tengah dalam proses pengajuan izin ekspor konsentrat untuk tahun 2019 kepada pemerintah. Ini menyusul izin ekspor itu akan berakhir 21 Februari mendatang.
Presiden Direktur Amman Mineral Rachmat Makkasau mengatakan kuota ekspor konsentrat yang diajukan perusahaannya sebesar 336 ribu ton selama setahun di 2019. Ini lebih rendah dari kuota tahun lalu yang mencapai 450.826 ton konsentrat.
Pertimbangan mengajukan angka sebesar itu adalah realisasi ekspor konsentrat tahun lalu. Meski belum mau menyebut secara detail, Rachmat memprediksi kuota sebelumnya tidak mencapai target. “Tidak mencapai kuota, ada beberapa perubahan - perubahan yang kami lakukan," kata dia di Jakarta, Senin (21/1).
Ia menjelaskan ada beberapa faktor yang membuat ekspor konsentrat Amman untuk kuota 2018 tidak terpenuhi. Pertama, ada pengaturan ulang jadwal perencanaan penambangan di tambang Amman, tujuannya agar lebih efisien. Kedua, karena produksi Tambang Amman yang mengalami penurunan.
Di sisi lain, Amman saat ini juga tengah membangun pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) di Sumbawa Barat. Smelter ini memiliki kapasitas produksi sebesar 1,3 juta ton. Pabrik ini bisa mengolah tembaga dan emas. Targetnya smelter ini rampung 2022 mendatang.
Selain milik sendiri, Amman akan membangun smelter bekerja sama dengan PT Freeport Indonesia. Kapasitasnya bahkan bisa 2,6 juta ton.
Sebagaimana diketahui, PT Amman merupakan perusahaan tambang di yang mengoperasikan tambang Batu Hijau, di Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Tambang Batu Hijau adalah tambang tembaga dan emas terbesar kedua di Indonesia.
(Baca: Desain Konstruksi Awal Smelter Amman Selesai Tahun Depan)
Amman memulai produksi dan operasi pada tahun 2000 dan telah menghasilkan sekitar 3,6 juta ton tembaga dan 8 juta ons emas. Pemegang saham PT Amman Mineral Nusa Tenggara adalah PT Amman Mineral Internasional sebesar 82,2% dan PT Pukuafu Indah sebesar 17,8%.PT Amman Mineral Internasional adalah perusahaan Indonesia yang sahamnya dipegang oleh PT AP Investment sebesar 50% dan PT Medco Energi International Tbk sebesar 50%.