PT Pertamina (Persero) menyatakan cadangan Bahan Bakar Minyak (BBM) 20 hari yang dimilikinya sudah di atas standar nasional. Ini menanggapi pernyataan dari calon presiden nomor urut 2 yakni Prabowo Subianto dalam Pidato Kebangsaan, Senin (14/1/2019) lalu.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan standar nasional hanya 18 hari. “Kami di atas itu, sekitar 20 hingga 22 hari,” kata dia di Jakarta, Rabu (16/1).

Menurut Nicke, besaran cadangan BBM di Indonesia juga tidak bisa disamakan dengan negara lain karena memiliki kebijakan yang berbeda. Adapun, di Jepang, cadangan BBM bisa mencapai 90 hari dan Amerika Serikat bisa 300 hari.

External Communication Manager Pertamina Arya Dwi Paramita mengatakan ada tiga faktor penentu penetapan cadangan BBM pada setiap negara. Pertama, kondisi geografis. Kebutuhan negara tropis dengan negara subtropis akan berbeda.

Pada saat musim dengan negara tropis akan membutuhkan lebih banyak BBM, sehingga membutuhkan cadangan yang lebih lama."Kalau musim dingin apapun mereka butuh penimbunan stok. Selain itu, musim dingin lebih banyak konsumsinya," kata Arya.

Kedua, unsur geopolitik, seperti saat negara tersebut memiliki konflik. Ketiga, unsur pertumbuhan konsumennya, jadi jika konsumsi sedang meningkat maka dibutuhkan cadangan yang lebih.

Meski 20 hari, Pertamina mengklaim bisa menjaga pasokan. Ini terlihat saat hari besar, seperti pada saat Ramadan, Idul Fitri, Hari Natal dan Tahun Baru. "Pada saat itu energi apa pun kami build up stock 20 hari. Saat satgas (satuan tugas) 20 hari sudah sangat aman," kata Arya.

(Baca: Dirjen Migas Ungkap Alasan Cadangan BBM 20 Hari)

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno mengatakan ada beberapa cara untuk meningkatkan cadangan BBM. Selain meningkatkan cadangan, bisa dengan kerja sama dengan pihak lain. “Apakah dengan Malaysia atau Thailand,” ujar dia. 

Reporter: Fariha Sulmaihati