Blok Cepu kini menjadi primadona baru penopang produksi minyak bumi nasional. Ini karena menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), produksi blok yang ada di Jawa Timur itu bisa meningkat hingga 220 ribu barel per hari (bph) hingga tahun depan.

Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Djoko Siswanto mengatakan produksi Lapangan Banyu Urip yang ada di Blok Cepu bisa mencapai 220 ribu bph setelah ExxonMobil sebagai operator memasang alat pendingin (cooler) pada mesin produksi. "Paling tidak sampai tahun depan (produksinya 220 ribu bph)," kata dia di Jakarta, Jumat (11/1).

Produksi Cepu itu bahkan lebih tinggi daripada yang ada di proposal pengembangan (PoD)  yang disetujui di awal, yakni  sebesar 165 ribu barel per hari (bph). Peningkatan produksi Blok Cepu ini bukan yang pertama kali. Tahun 2017, produksi Cepu meningkat menjadi 185 ribu bph dan tahun ini ditargetkan sebesar 216 ribu bph.

Produksi Banyu Urip, Blok Cepu akan turun pada 2021. Akan tetapi, penurunan itu akan ditutupi dengan beroperasinya Lapangan Kedung Keris tahun ini, tepatnya pada kuartal III 2019. Ketika berproduksi, proyek Kedung Keris ditargetkan bisa menambah produksi Blok Cepu sebesar 10 ribu bph.

Blok Cepu kini menjadi andalan lifting minyak pertama nasional dan telah menyalip Rokan yang tahun ini mengalami penurunan produksi. Dari data SKK Migas, lifting Chevron di Blok Rokan tahun ini sesuai Rencana Program dan Anggaran (WP&B) hanya 190 ribu bph. Target itu turun 9,2% dibandingkan realisasi tahun 2018 yang mencapai 209.478 bph.

(Baca: Blok Cepu Geser Posisi Rokan Jadi Penyumbang Terbesar Lifting Minyak)

Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Wisnu Prabawa Taher mengatakan penyebab lifting minyak Blok Rokan turun karena tergolong tua. "Lapangan sudah mature," kata dia di Jakarta, Kamis (10/1).