Kamar Dagang dan Industri (Kadin) mengungkap peran penting batu bara di Indonesia. Tidak hanya sebagai sumber penerimaan negara, tapi ada efek lainnya dari tambang batu bara.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Sumber Daya Mineral Batubara dan Listrik Garibaldi Thohir mengatakan sektor mineral dan batu bara menyumbang Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp 40,6 triliun. Padahal, menurut data Kementerian Keuangan, PNBP secara keseluruhan hingga September 2018 mencapai Rp 281,4 triliun.
Proyek batu bara di Indonesia juga memiliki efek domino terhadap penciptaan lapangan kerja dan industri penunjang tambang lainnya. “Selama ini batubara memegang kontribusi penting dalam pembangunana nasional,” kata Garibaldi di Jakarta, Selasa (18/12).
Meski begitu, usaha tambang harus tetap mengikuti rambu-rambu atau aturan dari pemerintah. Penerapan standar manajemen lingkungan dalam pengembangan batu bara harus dijaga ketat.
Saat ini, sudah ada teknologi super critical dan ultra critical untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Ini bisa mengurangi dampak emisi dan menghemat bahan bakar. “Walaupun batu bara Indonesia masih menggunakan thermal, tapi teknologi pemanfaatanya harus dikembangkan untuk menekan dampak lingkungan,” ujar pria yang akrab disapa Boy Thohir.
Menurut Boy, prospek bisnis batu bara ke depan juga masih positif, meski saat ini ada fluktuasi harga akibat kebijakan pengetatan impor dari pemerintah Tiongkok. Walaupun ada pengetatan pembangkit batu bara di Tiongkok masih mendominasi sebesar 58%.
Di sisi lain, akan ada permintaan batu bara dari beberapa negara seperti India. Selain itu, di Amerika Serikat pembangkit terbesar nomor dua juga masih menggunakan batu bara. Porsinya sebesar 30%. Di Jepang juga masih 34%.
Sedangkan di Indonesia, pemerintah juga sedang fokus percepatan infrastruktur, seperti pembangkit listrik. Harga batu bara di Indonesia juga lebih terjangkau dan cadangan banyak, sehingga masih menjadi andalan. “Indonesia bukan hanya butuh listrik yang murah, tapi juga handal,”ujar dia.
Sedangkan, International Agency Energy (IAE) memproyeksikan kebutuhan batu bara di Indonesia tahun 2023 akan turun menjadi 350 metrik ton (MT) dari 400 MT tahun ini. Di Negara Tiongkok, pada masa itu juga turun menjadi 26.000 MT dari 27.000 MT tahun 2017.
(Baca: Riset IAE: 2023, Kebutuhan Batu Bara Indonesia dan Tiongkok Turun)
Di sisi lain, IEA memprediksi ada negara yang mengalami peningkatan kebutuhan batu bara pada tahun 2023. Mereka adalah India, Filipina, Vietnam, dan Malaysia.
Tahun 2023, kebutuhan batu bara di India sekitar 700 Mtce meningkat dari tahun 2017 sekitar 600 Mtce. Sementara itu, kebutuhan batu bara di negara Filipina, Vietnam dan Malaysia rata-rata sebesar 300 Mtce dari sebesar 200 Mtce pada 2017.