PT Aneka Tambang Tbk (Antam) berencana melakukan eksplorasi tambang nikel tahun depan. Eksplorasi ini dilakukan di dua Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus (WIUPK) yang terletak di Bahadopi Utara, Sulawesi Utara; dan Matarape, Sulawesi Tenggara.
Direktur Utama PT Antam Arie Prabowo mengatakan eksplorasi dilakukan setelah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengeluarkan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Produksi. "Kami masih menunggu IUP eksplorasi dikeluarkan oleh ESDM. Kalau bisa, tahun depan mulai eksplorasi," kata dia, di Jakarta, Senin (3/12).
Eksplorasi ini membutuhkan waktu sekitar satu hingga dua tahun. Setelah itu, wilayah tambang tersebut bisa berpoduksi.
Selain eksplorasi, Antam akan membangun tiga pabrik pengolahan dan pemurnian konsentrat (smelter). Smelter itu terletak di Mempawah, Pontianak; Tanjung Buli, Halmahera Timur dan Pulau Gag, Sorong.
Ketiga smelter itu nilai investasinya mencapai Rp 3,4 triliun. Harapannya, ketiga proyek smelter tersebut sudah mendapatkan kepastian pendanaan (Financial Close) pada kuartal I atau II tahun 2019.
Tahun depan, Antam juga menargetkan ekspor nikel bisa mencapai 4 juta ton. Sedangkan, ekspor bauksit 2,8 juta ton. Adapun tahun ini, target ekspor nikel 3,94 juta ton, dan bauksit 250 ribu.
Capaian produksi bauksit hingga September mencapai 788 ribu wmt, naik sebesar 73%. Volume penjualan bauksit mencapai 693 ribu wmt atau naik sebesar 39%.
Hingga September 2018, produksi feronikel mencapai 19.264 ton nikel dalam feronikel (TNi) atau naik 21% dibandingkan tahun lalu. Penjualan feronikel pada periode itu juga naik 49% menjadi 19.149 TNi.
(Baca: Antam Tertarik Beli 20% Saham Vale Indonesia)
Komoditas lain yang diproduksi Antam adalah bijih nikel. Sampai September, produksi bijih nikel mencapai 6,49 juta wet metric ton (wmt), atau naik sebesar 84% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penjualan bijih nikel juga 4,10 juta wmt, atau naik 99% dari September 2017.