PT Perusahaan Listrik Negara (PLN)(Persero) memproyeksikan kebutuhan batu bara untuk pembangkit listrik PLN akan meningkat sekitar 8% pada tahun 2019. Penyebabnya adalah dua Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang akan beroperasi tahun depan.
Direktur Pengadaan Strategis 2 PT PLN Supangkat Iwan Santoso mengatakan tahun depan kebutuhan bara bara mencapai 100 juta ton. Sedangkan, tahun ini kebutuhannya 92 juta ton dan hingga Oktober 2018 serapannya baru 66 juta ton. "Tahun depan naik, karena pembangkit ada yang masuk," kata Iwan, di Jakarta, Selasa (27/1).
Dua pembangkit yang akan beroperasi tahun depan, diantaranya PLTU Cilacap yang memiliki kapasitas 1.000 Megawatt (MW). Pembangkit ini akan beroperasi pada September 2019.
Selain itu, PLTU Jawa VII yang memiliki kapasitas 1000 MW. Permbangkit ini beroperasi sekitar bulan Oktober 2019.
Pembangkit ini akan menyerap sekitar 4 juta ton. Ini karena baru beroperasi menjelang akhir tahun. Jika beroperasi awal tahun, kebutuhan batu bara bisa mencapai 14 juta ton.
Faktor lain yang membuat konsumsi batu bara meningkat adalah kinerja PLTU pada proyek kelistrikan Fast Track Program (FTP) 1. Proyek tersebut juga membutuhkan lebih banyak batu bara.
(Baca: Presiden Minta Hentikan Ekspor Hasil Tambang Mentah)
Penggunaan pembangkit batu bara ini juga tidak hanya di Indonesia bagian barat, tapi di timur juga. “Karena pulau kecil butuh pembangkit tulang punggung yang beroperasi terus. Itu kan harus pilih yang murah," kata Iwan.