Sampah dan Kemarau Jadi Momok PLTA Warisan Belanda di Bandung

Katadata | Arief Kamaludin
19/10/2018, 21.15 WIB

Tak banyak pembangkit listrik yang bisa beroperasi hingga 95 tahun di Indonesia. Namun, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Bengkok yang terletak di Bandung, Jawa Barat, membuktikan meski sudah berumur tua tapi masih perkasa.

Pembangkit warisan zaman Belanda ini didirikan tahun 1923. Kapasitasnya 3x1,5 Megawatt (MW). Dengan kapasitas itu, pembangkit ini bisa mengaliri listrik satu kecamatan bernama Cidada dengan jumlah 12.407 kepala keluarga.

Dalam operasionalnya, pembangkit listrik ini mengandalkan air Sungai Cikapunding yang mengalir di kota Bandung. Pembangkit Bengkok dimiliki PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) melalui anak usahanya PT Indonesia Power.

Ketergantungan terhadap aliran Sungai Cikapunding ini lah yang membuat PLN harus terus menjaga kebersihan. Supervisor Operasi dan Pemeliharaan PLTA Bengkok Rochmat Selamet mengatakan momok terbesar dalam operasional adalah sampah di sungai. “Sampah bisa menghambat,” kata dia di Bandung, Jumat (19/10).

Sampah yang paling banyak ditemukan di PLTA adalah plastik. Agar produksi listrik dari pembangkit Bengkok tidak terganggu, dua operator pembangkit setiap harinya harus mengumpulkan sampah secara manual dari penampungan air.

Sampah-sampah itu kemudian dipilah. Yang tidak bisa didaur ulang akan dijual ke pengepul sampah. "Jumlahnya tidak terkira, paling banyak plastik. Pembangkitnya murni punya kami jadi harus tanggung jawab," kata Rochmat.

Tantangan lain yang dihadapi pembangkit ini adalah cuaca. Jika, musim kemarau, aliran Sungai Cikapunding agak sediki menyusut. Alhasil, listrik yang diproduksi pembangkit pun tak maksimal.

Kendala musim ini juga yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir. Sejak bulan Mei, produksi litsrik yang dihasilkan terus menurun. Produksi lisrik pada Mei bisa 2.384 Kilowatt (kW). Namun, pada Juni hanya 2.339 kW, Juli 1.384 kW, Agustus 1.384 kW, September 1.339 kW.

Meski begitu, pembangkit listrik ini harapannya tetap terus beroperasi. Dengan begitu bisa mendukung target pemerintah dalam penggunaan energi baru terbarukan sebesar 23% dari total energi pada tahun 2025.

Rochmat mengatakan, sejak zaman Belanda, PLTA berperan vital dan dibanggangkan. Namun, kini PLTA Bengkok lebih difungsikan sebagai warisan. Sehingga, mesin yang digunakan tidak ada modernisasi.

(Baca: Hingga September, Konsumsi Listrik PLN Naik 4,8%)

Selain itu, juga sebagai pusat pembelajaran untuk masyarakat yang mau mengenal PLTA."Jadi ada pembelajaran operasi awalnya ada tahapan-tahapan pengoperasian tempat ini," kata Rochmat.