PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) mendapatkan dana pinjaman dari Kfw, lembaga keuangan asal Jerman, sebanyak jutaan Euro untuk pendanaan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). Ini merupakan hasil kesepakatan dalam rangkaian rapat IMF-Bank Dunia di Bali.
Dana itu akan digunakan untuk membiayai PLTP Mataloko unit 2 dan 3; serta PLTP Ulumbu unit 5, Nusa Tenggara Timur (NTT). “Nilai value 150 juta Euro,” dikutip dari booklet penandatanganan, Jumat (12/10).
Ulumbu unit 5 kapasitasnya 20 MW. Pembangkit ini berada di Desa Wewo, Kecamatan Satar Mese, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur.
Sementara itu, Mataloko unit 2 dan 3 masing-masing berkapasitas 10 MW. Pembangkit ini terletak di Desa Todabelu, Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada, NTT.
Dengan pendanaan ini, harapannya bisa meningkatkan pengembangan Energi Baru dan Terbarukan (EBT). Apalagi, pemerintah memiliki target penggunaan energi baru terbarukan sebesar 23% pada tahun 2025.
(Baca: Investasi Panas Bumi Berpotensi Meningkat Rp 6,2 Triliun)
Sebelumnya, PLN meminta penugasan kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral untuk mengelola 14 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) di Indonesia. Tujuannya agar PLN bisa mengelola energi panas bumi dari hulu hingga hilir dan diintegrasikan dengan pembangkit listriknya.
PLN menyadari risiko eksplorasi panas bumi cukup tinggi. Demi meminimalisir resiko tersebut, PLN akan menggandeng beberapa perusahaan lain untuk bermitra mengelola 14 WKP tersebut berikut pendanaannya.