Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat dari 17 perusahaan hanya tiga yang mengalami kemajuan dalam pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian konsentrat (smelter). Progres ini terhitung sejak 5 September 2018 hingga 30 September 2018.
Jika merujuk Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2010 pasal 93, perusahaan tambang wajib melakukan pengolahan dan pemurnian. "Walaupun di dalam penegasannya tidak hanya membangun sendiri, tapi bisa bekerjsama," kata Direktur Jendral Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, Bambang Gatot Ariyono, di Jakarta, Senin (01/10).
Perusahaan yang sudah mengalami perkembangan dalam pembangunan smelter yaitu PT Smelting, PT Toshida Indoneisa, dan PT Surya Saga Utama. Kemajuan itu bervariasi.
Adapun smelter milik PT Smelting ini dibangun PT Amman Mineral Nusa Tenggara. Lokasi pabrik di Gresik, Jawa Timur. Smelting merupakan penghasil lumpur anoda. Hingga 30 September 2018, pembangunan smelter sudah mencapai 4,83%. Padahal, per 5 September 2018 hanya 4,63%.
Smelter lainnya yang mengalami kemajuan pembangunan adalah miliki PT Toshida Indonesia. Smelter ini dibangun Perusahaan Smelter PT Asia Mining di Kolaka, Sulawesi Tenggara. Toshida merupakan penghasil nikel. Per 30 Septmber bertambah menjadi 8,1 persen dari sebelumnya 2,8 persen.
Smelter PT Surya Saga Utama pun mengalami kemajuan dari sebelumnya 39,44% menjadi 41,14%. Smelter ini dibangun PT Surya Saga Utama di Bombana, Sulawesi Tenggara. Surya Saga Utama adalah penghasil nikel.
Di sisi lain ada beberapa perusahaan yang belum mengalami kemajuan dalam pembangunan smelter. Salah satunya pabrik milik PT Amman Mineral Nusa Tenggara yang dibangun sendiri di Sumbawa Barat Nusa Tenggara Barat.
Sejak 5-30 September 2018, pembangunan smelter masih 10,10%. Pembangunan fisik pun belum ada. "PT Amman sudah diberikan draf teguran, setelah itu Amman menyampaikan laporannya, progres fisiknya masih 0 persen," kata Bambang.
Smelter lainnya yang tidak ada kemajuan adalah milik PT Freeport Indonesia di Gresik. Smelter perusahaan penghasil konsentrat ini sejak awal hingga akhir September pembangunan smelter hanya 2,508%. Sedangkan pembangunan fisik masih belum dilakukan.
Menurut Vice President Corporate Communication Freeport Indonesia Riza Pratama, pembangunan fisik smelter menunggu kepastian Izin Usaha Pertambangan Khusus hingga 2041 keluar. "Progres ada, tapi kalau untuk pemangunan fisik menunggu,” kata dia.
Perusahaan lainnya yang tidak mengalami progress pembangunan smelter PT Sebuku Iron Lateric Ores. Pembangunan smelter di Kotabaru, Kalimantan Selatan ini hanya 57,19%. Adapun pembangunan fisiknya sudah mencapai 56,29%.
Pembangunan smelter PT Kapuas Prima Coal pun tidak ada kemajuan. Perusahaan ini membangun dua smelter di Kota Waringin Barat, Kalimantan Tengah. Perkembangan smelter yang dibangun PT Kapuas Prima Citra untuk timbal 97,52% dan pembangunan fisik 81,13%. Sedangkan yang dibangun PT Kobar Lamandau Mineral untuk seng pembangunannya baru 19,73% dan pembangunan fisik 13,54%.
Smelter PT Rusan Sejahtera untuk konsentrat pasir besi di Kaur, Bengkulu pun tidak beranjak dari 15,84%, sedangkan pembangunan fisiknya 14,77. Adapun, smelter PT Cerita Nugraha Indotama untuk mengolah nikel di Kolaka, Sulawesi Tenggara, perkembangannya masih 2,443% dan belum ada pembangunan fisik.
PT Fajar Bhakti Lintas Nusantara juga belum melakukan pembangunan fisik smelter untuk nikel. Perkembangan pembangunan smelter di Halmahera Tengah, Maluku Utara ini hanya 1,29%.
PT Aneka Tambang juga tidak mengalami perkembangan dalam membangun smelter. Pabrik untuk mengolah nikel di Halmahera Timur, Maluku Utara ini perkembangannya masih 50,95%. Sedangkan pembangunan fisik sudah 8,83%.
Pabrik pengolahan dan pemurnian nikel PT Wanatiara Persada di Halmahera Selatan, Maluku Utara pun tak mengalami kemajuan di level 51,98% dan pembangunan fisik 5,34%. Smelter PT Fishdeco yang dibangun PT Bintang Smelter Indonesia di Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara juga hanya 41,05% dengan pembangunan fisik 39,01%.
Smelter PT Sambas Mineral Mining di Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara perkembangannya 4,97% dan pembangunan fisik 3,31%. Pabrik pengolahan nikel PT Modern Cahaya Makmur yang dibangun PT CMMI di Konawe pun tak beranjak dari 76,38%, sementara itu pembangunan fisiknya juga 76,38%.
PT Integra Mining yang ada di Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara itu pun perkembangannya masih 20% dan pembangunan fisiknya 20%. Sedangkan PT Genba Multi Mineral belum ada perkembangan sama sekali dan pembangunan fisiknya 0%.
(Baca: Tidak Ada Progres Smelter, Izin Ekspor Empat Perusahaan Dicabut)
Adapun PT Pramier Bumidaya sudah menyelesaikan pembangunan smelter untuk mengolah mangan di Pasuruan, Jawa Timur. Selain itu, PT Sumber Baja Prima merampungkan pabrik pengolahan besi di Sukabumi, Jawa Barat.