Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah resmi menerima proposal dari ConocoPhilips dan Repsol terkait perpanjangan Blok Corridor. Artinya, kedua perusahaan itu akan bersaing dengan PT Pertamina (Persero) yang sebelumnya sudah mengajukan proposal alih kelola blok tersebut.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Djoko Siswanto mengatakan pihaknya menerima proposal tersebut sehari yang lalu. Dalam proposal itu, ConocoPhillips dan Repsol mengajukan satu proposal bersama mengelola blok itu.

Namun, Djoko belum bisa merinci isi proposal tersebut. "Saya belum lihat. Akan tetapi proposal sudah saya terima. ConocoPhillips bergabung dengan Repsol," kata dia di Jakarta, Jumat (28/9).," ujar dia. 

Senior Vice President Commercial, Business Development & Relations ConocoPhillips Indonesia Taufik Ahmad mengatakan ConocoPhilips akan mengajukan proposal itu dengan skema kontrak gross split. Ini sesuai Peraturan Menteri ESDM Nomor 8 tahun 2017 yang direvisi menjadi Peraturan Menteri 52 tahun 2017.

Selain ConocoPhillips, Pertamina telah resmi mengajukan proposal mengelola blok Corridor ke Kementerian ESDM pada pertengahan September lalu. Sebelum mengajukan proposal, Pertamina sudah mengakses ruang data Blok Corridor. Akses ruang data ini tujuannya untuk mengetahui kondisi blok tersebut sebelum mengajukan penawaran mengelolanya.

(Baca: Ajukan Proposal, Pertamina Siap Rebut Corridor dari ConocoPhillips)

Kontrak Blok Corridor berakhir 19 Desember 2023.Di blok tersebut, ConocoPhilips memiliki hak kelola 54 % dan menjadi operator. Selain itu, ada hak kelola PT Pertamina sebesar 10 % dan Repsol Energy 36 %.

Berdasarkan data SKK Migas, selama semester I-2018 produksi siap jual (lifting) gas bumi ConocoPhilips di Blok Corridor mencapai 841 juta kaki kubik per hari (mmscfd) dari target 810 mmscfd. Hingga akhir tahun diprediksi hanya 798 mmscfd.