Di RUPTL kali ini, kebutuhan gas turun menjadi 2.000 BBTUD. Padahal dalam RUPTL 2017-2026 prediksi kebutuhan gas PLN sebesar 3.300 BBTUD. Adapun tahun ini daya serap PLN terhadap gas untuk pembangkit sekitar 1.400 BBTUD.

Untuk itu, PLN membicarakan kembali kelanjutan proyek LNG Indonesia Tengah dengan peserta lelang. Saat ini hanya konsorsium PT Pertamina (Persero), Engie dan PGN melalui anak usahanya yakni PT PGN LNG Indonesia yang masih bertahan.

Jika konsorsium menolak perubahan kapasitas, maka PLN akan melelang ulang proyek tersebut. "Kalau berubah kapasitas mereka mau apa tidak itu kan pembicaraan. Dulu kan penawarannya untuk kapasitas yang besar, sekarang turun, apa mereka mau? agak sulit sih," kata Iwan.

(Baca: PLN Ubah Skenario Proyek LNG Indonesia Tengah)

Pada proyek Indonesia Tengah, rencananya konsorsium tersebut akan membangun satu unit fasilitas regasifikasi dan penampungan (floating storage regasification unit/FSRU). Kemudian, satu unit kapal LNG besar yang mengangkut gas dan menyimpannya di FSRU. Ada juga kapal kecil yang membantu mengirimkan LNG ke terminal penerima.

Terminal penerima (receiving LNG) ini rencananya akan dibangun di 10 lokasi yang tersebar di Sulawesi, Kalimantan hingga Nusa Tenggara Barat. Total investasi untuk membangun proyek tersebut diperkirakan sekitar US$ 1 miliar atau sekitar Rp 13,51 triliun. Adapun 10 lokasi tersebut nantinya membutuhkan gas sebanyak 150 juta kaki kubik per hari (mmscfd).

Halaman: