Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengusulkan dividen PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Gas Negara (PGN) dan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) tahun depan dipatok lebih rendah dari tahun ini. Ini untuk mendukung kinerja perusahaan.
Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno belum mau merinci detail, masing-masing dividen untuk Pertamina dan Inalum. Yang jelas, kedua BUMN itu harus menyetor dividen Rp 1,35 triliun untuk tahun depan.
Sebagai perbandingan, tahun ini, Pertamina harus menyetor dividen sebesar Rp3,4 triliun. Sedangkan dividen PGN hanya Rp 436 miliar. “Yang paling berat adalah Pertamina dan PGN mungkin akan turun banyak menjadi sekitar Rp 1,35 triliun," kata Fajar Harry Sampurno, di Jakarta, Kamis (06/9).
Dividen Pertamina dan PGN ini turun karena tekanan harga minyak dan kurs Rupiah yang melemah. Keduanya menjadi faktor penyeban turunnya pendapatan.
Adapun, tahun ini laba Pertamina diprediksi hanya Rp 32,77 triliun. Itu turun daripada tahun lalu yang bisa Rp 34 triliun. Namun, tahun lalu menggunakan asumsi kurs Rp 13.800 per US$. Kemudian harga minyak US$ 48 per barel.
Sementara itu, laba PGN tahun ini diprediksi Rp 1,62 miliar. Namun, angka ini dapat berubah karena masih revisi Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP), mengingat harga minyak, subsidi, dan selisih harga forumula yang sudah ditetapkan dua tahun sebelumnya.
Untuk Inalum, Kementerian BUMN mengatakan setoran dividen tahun depan sebesar Rp 1 triliun. Angka itu lebih rendah dari tahun ini Rp 1,92 triliun.
(Baca: Inalum Akan Terbitkan Obligasi untuk Bayar Utang Beli Saham Freeport)
Dividen itu turun karena agar tidak membebani keuangan perusahaan. "Kami usulkan tahun depan kalau boleh turunkan jadi satu triliun rupiah, karena akan mengeluarkan cash sangat banyak untuk akuisisi 51 persen," kata Direktur Utama Inalum, Budi Gunadi Sadikin, di Jakarta, Kamis (06/9).