PT Perusahaan Listrik Negara/PLN (Persero) terancam kehilangan pendapatan sekitar Rp 10 triliun bulan ini. Penyebabnya adalah libur Lebaran selama dua pekan. Akibat adanya libur itu, konsumsi listrik turun.
Direktur Perencanaan Korporat PLN Syofvi Felienty Roekman mengatakan selama libur lebaran konsumsi listrik turun signifikan karena perusahaan dan industri tidak beroperasi. Padahal industri menjadi konsumen listrik terbesar bagi PLN. "Dua minggu itu banyak, hampir Rp 10 triliun. Makanya kami berikan diskon bagi industri yang masih beroperasi selama lebaran,"kata dia di Jakarta, Selasa (5/6).
Pemberian diskon ini sebagai upaya PLN agar konsumsi listrik tetap terjaga meski masih libur lebaran. Jadi industri masih bisa tetap beroperasi. Namun diskon ini hanya berlaku untuk industri, sementara bagi pelanggan rumah tangga tidak berlaku.
Menurut Syofvi sudah ada beberapa industri yang tertarik untuk mendapatkan diskon dari PLN itu. "Sekarang prosesnya lagi menunggu direksi untuk approval," kata dia.
Libur Lebaran ini juga memaksa PLN harus mematikan pembangkit listrik sementara. Ada 14 titik pembangkit di Jawa yang dimatikan sementara dengan total kapasitas 7.743 MW. Pembangkit itu di antaranya berada di Banten, Labuan, Lontar, Suralaya.
Syofvi memperkirakan beban puncak di Pulau Jawa selama musim libur Lebaran hanya sebesar 16.200 MW, turun dari beban puncak di hari biasa yang mencapai 25.800 MW. "Jadi justru banyak shutdown,"ujarnya.
Meski begitu, PLN memastikan pasokan listrik selama Lebaran tetap aman dan terjaga. Perusahaan listrik miliki negara itu juga telah menurunkan tim untuk siaga di sejumlah titik mulai dari gardu induk hingga jaringan transmisi.
(Baca: Investasi PLN Kuartal I 2018 Melonjak 85%)
Petugas lapangan PLN akan bekerja 24 jam untuk memantau kondisi arus listrik. Jumlah personil yang diturunkan hampir 20.000 orang.