PT Pertamina (Persero) menunda seluruh rencana investasinya di Iran, termasuk pengelolaan ladang minyak Mansouri. Padahal rencananya, perusahaan pelat merah itu akan menandatangani kontrak di Lapangan Mansouri itu bulan ini.

Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam mengatakan penundaan investasi itu karena ada sanksi yang diterapkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump ke Iran. “Kalau ada sanksi dari Amerika Serikat atau negara manapun,termasuk Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), kami tidak bisa lanjutkan. Posisinya kami hold karena ada sanksi,” kata dia di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (11/5).

Menurut Syamsu, proyek itu ditunda karena ada risiko finansial. Apalagi salah satu pendanaan Pertamina juga berasal dari Amerika Serikat. Itu juga sudah tertuang dalam syarat dan ketentuan (Condition Precedent) kontrak yang diajukan ke pemerintah Iran.

Lapangan Mansouri ini tergolong yang sudah berproduksi. Pertamina berjanji setelah menjadi operator akan meningkatkan produksi ke 250 ribu barel per hari (bph) dalam lima tahun ke depan. Saat ini produksi minyaknya bisa mencapai 60 ribu bph.

Pengelolaan lapangan Mansouri ini merupakan buah hasil kerja sama dari  kunjungan Presiden Joko Widodo saat melawat ke Iran akhir tahun 2016. Langkah itu juga sejalan dengan upaya Pertamina untuk terus agresif mengembangkan bisnis hulu migas di luar negeri.

Iran merupakan negara dengan cadangan minyak terbesar ke-4 di dunia. Total cadangan minyak terbukti di negara tersebut mencapai 157 miliar barel atau setara 9,3 persen dari total cadangan terbukti di dunia. Iran juga memiliki cadangan gas terbukti terbesar di dunia sebesar 1,200 triliun kaki kubik (TCF), yang setara dengan 18,2 persen dari total cadangan dunia.

(Baca: Indonesia Dapat Diskon Beli Elpiji dari Iran)

Selain investasi di sektor hulu, rencana impor elpiji (Liquefied Petroleum Gas/LPG) dan minyak mentah juga terancam batal. “Kemungkinan bisnis ada impact-nya tapi kami tunggu saja,” ujar dia.