PT Adaro Energy Tbk dan EMR Capital menandatangani perjanjian mengikat untuk mengakuisisi 80% saham Rio Tinto di tambang batu bara Kestrel. Nilai akuisisi tambang yang berada di Australia ini mencapai US$ 2,25 miliar atau sekitar Rp 30,9 triliun.
Chief Executive Officer (CEO) Adaro Energy Garibaldi Thohir mengatakan akuisisi tersebut merupakan langkah penting perusahaan dalam memperluas portofolio batu bara. Akuisisi ini juga merupakan investasi terbesar perusahaan di luar Indonesia.
Atas dasar itu, menurut Thohir, perusahaannya akan bekerja sama dengan EMR untuk menyukseskan pengelolaan bersama di Tambang Kestrel itu. “Kami senang atas transaksi ini,” ujar dia berdasarkan keterangan resmi bersama EMR, dikutip Kamis (29/3).
CEO EMR Jason Chang mengatakan batu bara kokas adalah satu dari empat komoditas inti perusahaan. Batu bara kokas dinilai memiliki prospek yang baik dalam beberapa dekade ke depan, dari segi permintaan dan pasokan. “Saya senang dengan keahlian EMR dan Adaro yang bisa digunakan ketika mengoperasikan tambang itu” ujar dia.
EMR Capital adalah manajer investasi swasta pertambangan khusus yang didirikan oleh Jason Chang dan Owen Hegarty. Perusahaan ini memiliki relasi yang cukup kuat ke pasar Asia.
Sementara itu Tambang Kestrel terletak di Cekungan Bowen, Australia. Tahun 2017, Tambang Kestrel memproduksi batu bara kokas sebesar 4,25 juta ton. Per 31 Desember 2017, jumlah cadangan yang dapat dijual dari tambang itu mencapai 146 juta ton, dan sumber dayanya 241 juta ton.
(Baca: Penggunaan Harga Batu Bara untuk Tarif Listrik Berlaku Maret)
Adapun sepanjang tahun 2017, Adaro berhasil mencatat laba bersih sebesar US$ 483,3 juta. Capaian itu meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya US$ 334,6 juta.Kinerja ini didorong kenaikan pendapatan 29% menjadi US$ 3,2 miliar.