Harga minyak Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) periode Desember 2017 berhasil mencapai rekor tertinggi sepanjang tahun lalu. Menurut tim harga minyak Indonesia, rata-rata ICP Desember menyentuh level US$ 60,90 per barel.
Capaian itu lebih tinggi dari rekor sebelumnya yakni capaian November. Adapun, harga minyak Indonesia periode November adalah US$ 59,34 per barel.
Kenaikan harga minyak mentah Indonesia ini juga sejalan dengan peningkatan harga minyak mentah utama di pasar internasional. Harga minyak jenis Dated Brent naik sebesar US$ 1,58 per barel dari US$ 62,62 per barel menjadi US$ 64,19 per barel.
Kemudian jenis Brent (ICE) naik sebesar US$ 1,23 per barel dari US$ 62,87 per barel menjadi US$ 64,09 per barel. Sedangkan jenis West Texas Intermediate (WTI) (Nymex) naik sebesar US$ 1,28 per barel dari US$ 56,66 per barel menjadi US$ 57,95 per barel.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan harga minyak dunia meningkat. Pertama, OPEC memperpanjang kesepakatan untuk membatasi produksi hingga akhir tahun 2018 pada general meeting yang diadakan pada 30 November 2017 di Vienna.
Kedua, berdasarkan publikasi OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries) bulan Desember 2017, produksi minyak mentah dari negara-negara OPEC November 2017 turun sebesar 0,13 juta barel per hari menjadi sebesar 32,45 juta barel per hari. Sebaliknya oroyeksi permintaan minyak mentah global tahun 2018 naik sebesar 1,51 juta barel per hari dibandingkan bulan seblumnya menjadi 98,45 juta barel per hari.
Peningkatan produksi minyak mentah negara OPEC juga diramalkan International Energy Agency (IEA). Berdasarkan publikasi IEA (International Energy Agency) Desember 2017, produksi minyak mentah dari negara-negara OPEC November 2017 turun dibandingkan Oktober 2017 sebesar 0,13 juta barel per hari,menjadi sebesar 32,36 juta barel per hari pada November 2017.
Keempat, berdasarkan laporan EIA (Energy Information Administration) - USA, tingkat stok minyak mentah komersial Amerika Serikat selama bulan Desember 2017 (sampai Minggu ke-4) mengalami penurunan dibandingkan dengan stok di bulan November 2017. Stok minyak mentah komersial turun sebesar 21,8 juta barel menjadi sebesar 431,9 juta barel dari stok bulan November 2017 sebesar 453,7 juta barel.
Kelima,jalur perpipaan minyak terbesar di United Kingdom, North Sea Forties, yang mengalirkan sekitar 450.000 BOPD minyak shut down. Diperkirakan diperlukan waktu perbaikan selama beberapa minggu sebelum pipa dapat beroperasi normal kembali.
Keenam, terjadinya ledakan di terminal bus New York Port Authority pada tanggal 11 Desember 2017 yang meningkatkan pembelian minyak di pasar Amerika Serikat. Ketujuh, meningkatnya penggunaan gasoline di Amerika Serikat dikarenakan Christmas Holiday.
Kedelapan, serikat buruh minyak di Nigeria, produsen minyak terbesar di Afrika, melancarkan aksi mogok kerja pada tanggal 18 Desember 2017 sebagai protes atas terjadinya pemecatan masal di negara tersebut. Rencana aksi mogok kerja tersebut menimbulkan kekhawatiran terganggunya produksi minyak di Nigeria.
Sementara untuk kawasan Asia Pasifik, peningkatan harga minyak mentah juga dipengaruhi meningkatnya resiko geopolitik di Timur Tengah karena pernyataan dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump yang mengakui Jerusalem sebagai ibukota Israel. Selain itu, ada faktor meningkatnya permintaan minyak mentah di Tiongkok yang diikuti dengan peningkatan permintaan diesel oil, kerosene, elpiji, Bahan Bakar Minyak.
(Baca: Harga Minyak Jadi Salah Satu Tantangan Utama Ekonomi Indonesia 2018)
Berikut harga ICP sepanjang tahun 2017:
No. | Periode | Harga (US$/Barel) | No. | Periode | Harga (US$/Barel) |
1. | Januari | 51,88 | 7. | Juni | 45,48 |
2. | Februari | 52,50 | 8. | Agustus | 48,43 |
3. | Maret | 48,71 | 9. | September | 52,47 |
4. | April | 49,56 | 10. | Oktober | 54,02 |
5. | Mei | 47,09 | 11. | November | 59,34 |
6. | Juni | 43,66 | 12 | Desember | 60,90 |
Sumber: Kementerian ESDM |