Proyek pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) Jawa 1 terancam molor dari target. Proyek yang ditargetkan bisa beroperasi tahun 2019 diprediksi mundur menjadi 2020.
Ketua Konsorsium Pertamina Ginanjar mengatakan dalam menjalankan proyek itu ada beberapa hal yang menyebabkan proyek itu mundur dari target awal. “Kalau di Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) kan 2019 beroperasi, tapi ada proses pengadaan dan lain-lain. Kami coba akhir 2020,” kata dia di Jakarta, Senin (16/10).
Proyek pembangkit berkapasitas 1.760 Mega Watt (MW) masih dalam proses menyelesaikan masalah pendanaan. Pihak konsorsium yang terdiri dari PT Pertamina (Persero) 40%, Marubeni Corporation 40%, dan Sojitz Corporation 20% masih berdiskusi dengan pihak peminjam dana.
Proyek ini memang 75% didanai Asian Development Bank (ADB), Japan Bank for International Corporation (JIBC), dan Nippon Export of Investment (NEXI). Nantinya JIBC akan menjadi pemberi dana paling besar, namun Ginanjar belum mau menjelaskan besaran dari peminjam tersebut.
Selain dari lembaga pemberi pinjaman internasional, 25% pendanaan berasal dari peserta konsorsium. Adapun dana yang dibutuhkan dalam pembangunan proyek ini sebesar US$ 1,8 miliar atau sekitar Rp 24 triliun.
Ginanjar menargetkan penandatanganan pemenuhan pembiayaan (financial close) terjadi di September 2018. Ini pun mundur dari target yang diberikan PLN yakni 12 bulan untuk mencapai tahap penyelesaian pendanaan sejak Januari lalu.
Menurut Ginanjar proses tersebut mundur karena harus berdiskusi pemberi pinjaman. "Sebetulnya everything sudah in place. Hanya proyek ini kan sebagian besar dibiayai lender, harus intensif dengan mereka. Ini lebih ke manajemennya, kami selalu berkolaborasi dengan PLN. " kata dia.
Awal tahun ini, PLN dan konsorsium PLTGU Jawa 1 telah menandatangani kontrak jual beli listrik (PPA). Ini merupakan kesepakatan yang telah melalui negosiasi yang sangat alot antara Pertamina dan PLN.
Gas untuk pembangkit ini nantinya berasal dari proyek Tangguh. Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) telah ditandatangani pada Mei lalu.
BP beserta kontraktor Tangguh lainnya sepakat memasok tambahan 16 kargo LNG per tahun untuk PLN yang akan dimulai dari tahun 2020 sampai 2035. Pasokan tersebut bersifat multidestinasi sehingga PLN dapat memanfaatkannya untuk berbagai pembangkit di Indonesia, termasuk pembangkit listrik Jawa 1.