Presiden Joko Widodo melakukan groundbreaking (peletakan batu pertama) proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Jawa 7,9 dan 10. Total kapasitas dari tiga pembangkit yang masuk proyek 35 Giga Watt (GW) tersebut mencapai 4.000 Mega Watt (MW).
Dalam melakukan proses groundbreaking tersebut, Presiden didampingi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan. “Proyek PLTU Jawa 7, 9, dan 10 dan PLTU IPP Banten merupakan salah satu proyek yang masuk ke dalam program 35.000 MW,” kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (Biro KLIK) Dadan Kusdiana menurut keterangan resminya, Kamis (5/10).
PLTU Jawa 7 memiliki kapasitas 2 X 1.000 MW. Unit 1 diperkirakan beroperasi secara komersial pada awal April 2020 dan Unit 2 Oktober 2020.
Harga jual listrik dari pembangkit ke PLN sebesar US$ 4,21 sen per kWh. Pengadaan proyek ini menggunakan skema bisnis Build, Own, Operate, and Transfer (BOOT) selama 25 tahun.
Nilai investasi PLTU Jawa 7 ini mencapai US$1,88 miliar. Teknologi yang digunakan adalah Ultra Super Critical Boiler yang berbahan bakar batubara kalori rendah (4.000 – 4.600 kkal/kg Ash Received). Jenis pembangkit ini dipilih karena memiliki efisiensi yang tinggi dan lebih ramah lingkungan.
Adapun PLTU Jawa 9 & 10 berkapasitas 2x1.000 MW. Pembangkit ini dibangun bersebelahan dengan PLTU Suralaya 1 – 8 di Suralaya, Provinsi Banten. Menggunakan skema penugasan PLN kepada Anak Perusahaan yaitu PT Indonesia Power sesuai Perpres No. 19 Tahun 2017.
Nilai invetasi proyek ini mencapai sekitar US$3 miliar. Pengadaan proyek ini menggunakan skema bisnis BOOT dan menggunakan teknologi ultra supercritical yang ramah lingkungan dan memberikan efisiensi konversi energi yang lebih tinggi daripada teknologi konvensional PLTU sebelumnya.
PLTU 9 & 10 ini diperkirakan beroperasi komersial pada tahun 2022 dengan kontrak sepanjang 25 tahun. Sedangkan Biaya Pokok Produksi (BPP) sebesar 5,1 cent/kWh.
Selain melakukan groundbreaking, Presiden Joko Widodo juga meresmikan PLTU Banten. Pembangkit berkapasitas 660 MW dikerjakan PT Lestari Banten Energi sebenarnya sudah berproduksi sejak Maret 2017.
Pengadaan proyek ini menggunakan skema BOOT selama 25 tahun. PLTU ini menggunakan teknologi supercritical boiler dan. Harga jual ke PLN sebesar 5,99 cent/kWh. Nilai investasi PLTU Banten 660 MW ini adalah sebesar US$990 juta.
Dalam kesempatan itu, Presiden Joko Widodo juga meninjau Pembangunan terminal batu bara (Coal Terminal) berkapasitas 20 Juta Ton di Provinsi Banten. Lokasi Terminal Batubara bersebelahan dengan PLTU Jawa 7. Targetnya bisa beroperasi secara komersial bersamaan kebutuhan pembangkit tersebut.
Terminal Batubara ini dibangun oleh anak perusahaan PLN yaitu PT. PLN Batubara dengan Gama Coorp . Fungsinya sebagai stok darurat PLTU di luar Jawa Bagian Barat, menjaga keamanan pasokan batu bara saat cuaca buruk karena menggunakan Vessel, mengurangi biaya belanja modal pembangunan Coal dan biaya transportasi batu bara.
Terminal Batubara ini memerlukan area sekitar 20 hektar lahan. Nilai investasi sebesar US$145 Juta.
Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero)/PLN Sofyan Basir mengatakan PLTU Jawa 7 ini dibangun pengembang konsorsium PT Shenhua Energy Company Limited dan anak perusahaan PT PLN yaitu PT Pembangkitan Jawa Bali. Progress pembangunan pembangkit ini telah mencapai sekitar 35%.
Dalam pelaksanaan pembangunan, PLTU Jawa-7 diharapkan dapat menyerap tenaga kerja sekitar 2.000 – 4.500 orang sesuai dengan klasifikasi dan ketrampilan. PLTU Jawa-7 juga didukung oleh terminal batubara yang akan dibangun oleh PLN dan mampu menampung 20 Juta Ton batubara.
Adapun PLTU Jawa 9 dan 10 digarap PT Indo Raya Tenaga. PT. Indo Raya Tenaga merupakan konsorsium dari PT Indonesia Power (51%) yang merupakan anak perusahaan PLN dengan PT. Barito Pacific Tbk (49%).