Pemerintah menggandeng empat negara maju yakni Swedia, Finlandia, Norwegia dan Denmark mengelola sampah menjadi sumber energi seperti listrik dan aspal. Tujuannya untuk mengurangi limbah sampah yang jumlahnya terus meningkat.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan keempat negara tersebut dilibatkan dalam pengelolaan sampah karena telah berpengalaman. “Kami harus menggalang kekuatan bersama negara maju yang sudah berhasil mengelola plastik,” kata dia dalam konferensi Waste to Energy di Hotel Mandarin Oriental, Jakarta, Senin (11/9).

(Baca: Pemerintah Buka Lelang Pengelolaan Sampah di Bali)

Menurut Luhut, dalam pengelolaan sampah di Indonesia memang menghadapi beberapa kendala mulai dari segi pendanaan maupun politik. Apalagi di Indonesia pengelolaan sampah ini merupakan kewenangan pemerintah daerah.

Dari segi pendanaan juga masih ada beberapa kekurangan. Mengacu analisa Bank Dunia, dana untuk mengelola limbah padat seharusnya US$ 10-15 per orang per tahun. Sedangkan di Indonesia baru US$ 5–6 per orang per tahun. Alhasil masih ada kekurangan sekitar US$ 1,3 miliar hingga US$ 2,3 miliar.

Meskipun begitu, pengelolaan plastik ini perlu mendapat perhatian. Apalagi setiap tahunnya ada 80% dari 12,7 juta metrik ton (MMT) sampah plastik mencemari lautan. Ini akibat perilaku masyarakat yang buruk dalam pengelolaan sampah.

Di sisi lain, dari jumlah sampah plastik yang ada di dunia hanya 10% yang dikelola. Untuk itu, Pemerintah Indonesia berkomitmen mengurangi sampah plastik hingga 70% pada 2025.

Pengelolaan sampah ini lah yang menjadi fokus dari konferensi hari ini. Menurut Luhut, konferensi ini juga merupakan tindak lanjut dari kunjungannya pada Juni lalu ke Stockholm, Swedia untuk melihat penanganan limbah di negara tersebut. 

(Baca: Pemerintah Targetkan Produksi Plastik Ramah Lingkungan Naik 5 Persen)

Dengan konferensi itu, harapannya pemerintah bisa melakukan alih teknologi dari empat negara tersebut untuk mengubah sampah menjadi energi seperti listrik. Selain itu, bisa dijadikan bahan baku aspal. 

Menurut Luhut dengan  campuran sampah plastik membuat aspal jalan menjadi lebih bagus. Apalagi sudah melakukan uji coba di Bali. Selanjutnya akan diterapkan di Bekasi pada Oktober mendatang.

Tidak hanya itu sampah plastik tersebut juga akan diolah menjadi bahan baku untuk membuat chip komputer. "Jadi banyak nilainya. Kami ingin menguasai teknologi ini," kata dia.

(Baca: Pemerintah Segera Uji Coba Campuran Aspal dan Plastik di Bekasi

Di sisi lain, pemerintah juga menyiapkan Peraturan Presiden mengenai kerja sama ini. Ini digunakan sebagai payung hukum kerjasama Indonesia menangani sampah dengan pihak asing.