PT Pertamina (Persero) akhirnya tidak jadi pembeli tunggal produk Kilang Cilacap dan Tuban. Perusahaan pelat merah ini nantinya akan berbagi dengan mitranya yakni Saudi Aramco dan Rosneft untuk membeli hasil kilang tersebut.
Direktur Keuangan Pertamina Arief Budiman mengatakan negosiasi dengan dua mitra Pertamina di Kilang Cilacap dan Tuban itu sudah mencapai 95%. “Kami sudah diskusi, tinggal masalah legal saja untuk amendemen kontrak,” kata Arief di Jakarta, Rabu (16/8).
(Baca: Penurunan Porsi Kepemilikan Kilang Minyak Bisa Terganjal Restu Mitra)
Menurut Arief, hasil produk kilang Cilacap dan Tuban yang akan diserap disesuaikan dengan kebutuhan Pertamina. Hal ini akan memberikan kepastian terkait beban keuangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) energi tersebut.
Jadi apabila kebutuhan dalam negeri sudah berlebih, produk kilang itu bisa diekspor. “Mitra-mitra kami ini fair, jika kekurangan ya tidak apa-apa offtaker,” kata Arief.
(Baca: Dana Terbatas, Pertamina Jadwal Ulang Proyek Kilang)
Pertamina memang pernah menyampaikan tidak bisa menyerap seluruh minyak dari kilang itu dengan alasan pembukuan keuangan. Jika Pertamina menyerap 100% hasil serapan produk kilang, maka beban utang Rosneft dan Saudi Aramco sebagai mitra akan tercatat juga. Hal tersebut dinilai akan mengganggu arus kas perusahaan.
Investasi Kilang Tuban diperkirakan mencapai US$ 12 miliar hingga 15 miliar. Kilang ini memiliki kapasitas 300 ribu barel per hari (bph). Awalnya kilang ini ditargetkan berproduksi 2021, tapi mundur ke 2023. Pertamina memiliki hak kelola sebesar 55% di proyek ini dan sisanya milik Rosneft.
(Baca: Jokowi Minta Pertamina Ubah Standar Akuntansi Agar Proyek Kilang Mulus)
Adapun di Kilang Cilacap, Pertamina memegang hak kelola 55% dan 45% dipegang Arab Saudi. Kapasitasnya 370 ribu bph. Investasinya sekitar US$ 5 miliar. Awalnya kilang ini ditargetkan bisa produksi lebih cepat pada 2021, namun mundur menjadi 2023.