Arcandra: Mobil Listrik Tak Bisa Hilangkan Ketergantungan Minyak

Arief Kamaludin (Katadata)
3/8/2017, 16.22 WIB

Keberadaan mobil listrik tidak akan mampu menghilangkan ketergantungan terhadap minyak dan gas bumi (migas). Alasannya komponen yang ada di mobil listrik itu masih terkait dengan produk yang berasal dari migas.

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengatakan hampir 75% komponen mobil listrik berasal dari produk minyak. Sisanya komponen listrik. “Jadi untuk menghilangkan 100% fuel  belum bisa,” kata dia di acara rapat koordinasi nasional Kementerian di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Jakarta, Kamis (3/8).

(Baca: Surati Jokowi, Jonan Minta Dukungan Kembangkan Mobil Listrik)

Untuk itu perlu mengoptimalkan juga pengembangan industri migas. Apalagi teknologi yang ada saat ini belum bisa mengangkat seluruh minyak yang ada di perut bumi. Mereka hanya bisa mengambil minyak sekitar 40 sampai 50% yang tersedia.

Di sisi lain, perlu juga dukungan insentif agar proyek mobil listrik bisa berkembang. Beberapa contoh insentifnya adalah pembebasan pajak bea masuk dan barang mewah yang tengah dibahas bersama Kementerian Keuangan. “"Kami mendorong agar industri mobil listrik berkembang,” ujar Arcandra.

Pemerintah memang mendorong pengembangan mobil listrik. Bahkan saat menghadiri Lebaran Betawi di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Jakarta Selatan, Minggu (30/7), Presiden Joko Widodo mendukung program tersebut dengan salah satu alasanya adalah tantangan perubahan iklim dan lingkungan.

(Baca: Pemerintah Siapkan Beragam Insentif Mobil Ramah Lingkungan)

Namun Presiden Joko Widodo masih mengkhawatirkan mengenai cara pengisian bahan bakar mobil listrik. Apalagi saat ini belum tersedia infrastruktur tersebut.

Namun kekhawatiran Presiden tersebut segera dijawab oleh Menteri ESDM Ignasius Jonan. Menurut pria kelahiran Singapura tersebut, Kementeriannya sudah menyiapkan dua skenario mengenai pengisian ulang bahan bakar mobil listrik.

Cara pertama bisa dengan memandatkan perjanjian dengan semua pemerintah daerah. Jadi nantinya setiap pusat keramaian yang resmi seperti pasar dan mal akan tersedia pengisi daya ulang (charger).

(Baca: Jonan: Presiden Jokowi Khawatir Cara Pengisian Ulang Mobil Listrik)

Selain itu bisa menyediakan penukaran baterai untuk mobil listrik di setiap stasiun pengisian bahan bakar umu (SPBU). “Kalau dalam jangka lima tahun baterainya portable, maka semua SPBU di Indonesia yang hampir 6000an dibikinkan kayak tabung elpiji. Jadi kalau habis ditukar," ujar Jonan