Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tidak memungkiri rendahnya harga minyak menyebabkan penerapan teknologi pengurasan sumur minyak atau (Enhanced Oil Recovery/EOR) minim. Harga minyak yang rendah membuat teknologi tersebut tidak ekonomis untuk dipakai.
Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengatakan teknologi EOR akan ekonomis jika harga minyak berada pada kisaran US$ 60 per barel ke atas. Ini karena teknologi tersebut tergolong mahal dan biaya produksinya minimal US$ 60 per barel.
(Baca: Tembus US$ 50, Kenaikan Harga Minyak Diprediksi Tren Sementara)
Adapun saat ini harga minyak masih di kisaran US$ 50 per barel. "Kendalanya adalah harga minyak yang turun. Sekarang ada tidak teknologi EOR yang bisa berkembang dengan harga minyak masih rendah," kata Arcandra di Kementerian ESDM, Selasa (1/8).
Untuk mengatasi masalah keekonomian dan pengembangan EOR, pemerintah juga sudah memberikan insentif tambahan bagi hasil untuk kontraktor yang menggunakannya. Hal ini seperti yang diatura dalam Permen ESDM Nomo 8/2017 tentang gross split.
Selain itu, saat ini Kementerian ESDM masih mempersiapkan aturan khusus mengenai penggunaan teknologi EOR. Dengan begitu pengembangan teknologi EOR bisa semakin berkembang lagi. Apalagi merupakan salah satu solusi jangka menengah untuk mempertahankan produksi minyak agar tidak turun.
Agar produksi tidak turun, langkah lainnya adalah menggunakan ternologi Artificial Lift. Teknologi ini bisa mengangkat hidrokarbon, umumnya minyak bumi, dari dalam sumur ke atas permukaan.
Eksplorasi migas juga harus dilakukan secara masif agar produksi tidak turun. Dengan eksplorasi, maka akan ada penemuan cadangan-cadangan baru. Saat ini cadangan minyak Indonesia yang terbukti sebesar 3,6 miliar barel.
Jika setiap tahunnya cadangan tersebut diproduksi pada level 800 ribu barel per hari dan tidak ada penemuan baru, maka dalam 12 tahun ke depan akan habis. Apalagi rasio cadangan pengganti migas (reserve replacement ratio/RRR) masih di bawah 60 persen.
(Baca: Cadangan Minyak Menipis, Terendah 16 Tahun Terakhir)
Sementara jika mengacu dokumen RUEN yang sudah diterbitkan pemerintah, ditargetkan RRR bisa tercapai 100 persen pada 2025. "Dengan eksplorasi bisa mengembalikan rasio cadangan kembali, sekarang kan rasio pengembalian cadangan kita masih sangat kecil di bawah 100 persen," kata Arcandra.