Chevron Indonesia akhirnya mengajukan proposal rincian biaya proyek ultra laut dalam (Indonesia Deepwater Development/IDD) di Lapangan Gendalo, Blok Makasar Straits. Dengan begitu harapannya proyek bisa cepat berjalan, apalagi IDD merupakan salah satu proyek strategis nasional.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Wisnu Prabowo Taher mengatakan proposal rincian biaya (Authority for Expenditure/AFE) untuk desain kajian awal (Pre Front-End Engineering Design/FEED) tersebut sudah disampaikan kepada Deputi Perencanaan tanggal 4 Juli 2017. “Saat ini masih dalam kajian internal,” kata dia kepada Katadata, Selasa (18/7).
(Baca: Percepat Proyek Strategis, Pemerintah Kumpulkan Lima Kontraktor Migas)
Deputi Operasi SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman juga membenarkan perihal tersebut. “Kami akan bahas cepat dan memberikan persetujuan,” kata dia kepada Katadata, Selasa (18/7).
Fatar tidak menjelaskan secara detail seperti apa proposal yang diajukan oleh perusahaan migas asal Amerika Serikat tersebut. Namun, dalam proposal tersebut ada klausul mengenai studi dengan Eni untuk memanfaatkan unit fasilitas produksi di Proyek Jangkrik secara bersama.
Dengan begitu harapannya keekonomian proyek IDD semakin lebih baik. “Intinya, sekarang proyeknya lebih efisien, dan ada joint study dengan ENI untuk memakai fasilitas bersama,” ujar Fatar.
(Baca: Proyek IDD Chevron Masih Terganjal Masalah Pajak)
Proyek IDD ini sebenarnya sudah mengantongi persetujuan pengembangan lapangan (PoD) dari SKK Migas pada 2008. Namun, setelah tahap Front-End Engineering Design (FEED) tahun 2013, biaya yang dibutuhkan untuk proyek ini meningkat hampir dua kali lipat, dari sekitar US$ 7 miliar menjadi US$ 12 miliar.
Setelah hampir dua tahun menunda proyek tersebut, Chevron memasukkan kembali proposal IDD Lapangan Gehem dan Gendalo kepada SKK Migas pada di pengujung 2015 . Tapi, SKK migas menolak proposal tersebut. Alasannya data yang dicantumkan dalam proposal tidak lengkap. Untuk itu Chevron harus memperbaiki proposal tersebut.
(Baca: Pemerintah Tolak Permintaan Insentif Chevron di Proyek IDD)
Ketika sudah diperbaiki, Chevron kembali mengajukan proposal tersebut. Namun, kembali ditolak. Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) saat itu Djoko Siswanto mengatakan alasan pengembalian karena mereka meminta investment credit sebesar 240 persen.
(Info: Sebelumnya pada judul dan paragraf pertama, Chevron mengajukan proposal Pre-Feed Lapangan Gendalo dan Gehem. Berdasarkan informasi terbaru hanya Gendalo yang diajukan)