Tidak hanya minyak, di 2050, lifting gas juga akan menurun hingga mencapai 2.233 mmscfd. Namun, sebelum itu, lifting gas akan meningkat pada 2023 menjadi 7.402 mmscfd, dari saat ini 6.630 mmscfd. Adapun sepanjang 2017 hingga 2050 setidaknya terdapat 24 proyek gas yang akan beroperasi.

(Baca: Ada 3 Megaproyek Hulu Migas, Pemerintah Batal Impor Gas Tahun 2019)

Menghadapi kondisi tersebut, SKK migas juga berupaya meningkatkan produksi migas. Pertama dengan menjalankan program utama hulu migas dengan memperhatikan keekonomian wilayah kerja. Kedua, penerapan teknologi​ tepat guna, seperti melakukan jumlah sumur horizontal untuk menguras sisa minyak yang tertinggal di bagian atas pada suatu lapangan minyak.

Ketiga, mengupayakan metode baru untuk penemuan sumber daya migas misalnya dengan kegiatan seismik. Keempat, memantau agar proyek pengembangan bisa berjalan tepat waktu. Kelima, mengupayakan pemeliharaan untuk tingkatkan​ kehandalan fasilitas produksi.

Di tempat yang sama,  anggota Komisi VII DPR Fadel Muhammad mengkritisi penurunan lifting migas tersebut. Beberapa perusahaan yang menjadi kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) selama ini mengeluh terkait lambatnya kerja SKK migas, salah satunya terkait proses birokrasi untuk urusan operasi. (Baca: Revisi UU Migas, DPR Rancang Badan Usaha Khusus Migas)

Untuk itu, DPR juga mengkaji kembali keberadaan SKK Migas. "Makanya di RUU Migas kami coret SKK Migas ini, tidak perlu lagi ada badan seperti ini," kata Fadel.

Halaman: