PT Pertamina (Persero) hingga kini belum bisa merealisasikan rencananya mengelola dua blok minyak dan gas bumi (migas) milik Rosneft di Rusia. Padahal, target awalnya Pertamina bisa mengantongi hak kelola dua blok itu pada Maret lalu.

Senior Vice President Upstream Business Development Pertamina Denie S. Tampubolon mengatakan, pihaknya masih membahas secara intensif aspek komersial (commercial terms) dengan Rosneft terkait pengelolaan dua blok migas yang diincar itu. Namun, dia belum mau menjelaskan aspek komersial yang dimaksud lantaran terikat perjanjian kerahasiaan dengan Rosneft.

"Ada beberapa yang dievaluasi. Tidak bisa menyampaikan detail sebelum tercapai kesepakatan," kata dia kepada Katadata pekan lalu. (Baca: Rencana Pertamina Miliki Blok Migas di Rusia Tertunda)

Sementara itu, Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam mengakui, negosiasi di bisnis hulu migas memang tidak mudah. Pihaknya pun belum mengetahui kapan negosiasi tersebut rampung. "Kenapa harus buru-buru kalau prosesnya belum selesai, nanti kalau sudah ada keputusan saya info," kata dia kepada Katadata, Senin (1/5).

Rencana Pertamina mengelola blok migas di Rusia merupakan buah dari kesepakatan kerja sama migas yang dirajut pada 26 Mei tahun lalu. Kesepakatan itu memberikan ruang bagi  Rosneft membangun Kilang Tuban, sedangkan Pertamina bisa mengelola blok migas di Rusia.

(Baca: Pertamina dan Rosneft Setor US$ 400 juta untuk Kilang Tuban)

Dalam mengelola blok Migas di Rusia, Pertamina nantinya akan mendapatkan hak kelola berdasarkan pemberian Rosneft.  Artinya blok tersebut awalnya 100 persen hak kelolanya dipegang oleh Rosneft. Kemudian dibagi ke Pertamina.

Sayangnya, Syamsu masih belum mau menjelaskan berapa besaran hak kelola yang ingin dimiliki Pertamina terhadap dua blok migas di Rusia itu. Yang jelas, perusahaan pelat merah itu tidak akan menjadi operator di dua blok tersebut. Sebelumnya, Mantan Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto pernah mengatakan, Pertamina akan memperoleh 15 persen hak kelola di masing-masing blok tersebut.  

Sebagai informasi, cadangan minyak yang ada di dua blok Rusia itu mencapai 200 juta barel. Harapannya blok ini bisa menambah produksi minyak bumi yang bisa dibawa ke Indonesia sebesar 35 ribu barel per hari (bph). 

(Baca: Rosneft Menang Tender Pasok Premium ke Pertamina)

Dari data milik Pertamina, perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu menargetkan produksi dari ladang migas di luar negeri bisa mencapai 700 ribu barel setara minyak per hari (boepd) pada 2025. Tahun ini, Pertamina menargetkan produksi migas dari aset yang dikelola di luar negeri bisa mencapai 150  boepd atau naik 18 persen dibandingkan pencapaian tahun lalu. Pencapaian target tahun ini akan ditopang oleh tambahan aset yang dikelola PT Pertamina International EP selaku anak usaha internasional Pertamina.