Dua fasilitas produksi baru PT Pertamina EP telah beroperasi bulan ini. Kedua fasilitas itu adalah proyek pengembangan gas Matindok dan Paku Gajah Pengoperasian kedua fasilitas itu diharapkan dapat meningkatkan kinerja perusahaan.

Menurut Pelaksana tugas harian Presiden Direktur  Pertamina EP Nanang Abdul Manaf, perusahaan harus mengeluarkan dana US$ 692 juta atau sekitar Rp 9,2 triliun untuk fasilitas produksi Matindok. Kapasitas dari fasilitas ini mencapai 105 mmscfd. (Baca: Belum Dapat Kepastian Pembeli, Dua Proyek Gas Molor ke 2018)

Sementara dana investasi proyek pengembangan Paku Gajah lebh kecil, yakni sebesar US$ 139,7 juta atau Rp 1,8 triliun. Kapasitas produksi gasnya sebesar 45 mmscfd serta  kondesat 1.100 bph.

Nanang berharap kedua proyek tersebut dapat berkontribusi terhadap peningkatan produksi. Selain itu, diharapkan bisa meningkatkan laba bersih Pertamina EP yang ditargetkan US$ 596 juta tahun ini. 

Adapun, target produksi Pertamina EP tahun ini untuk minyak sebesar 85 ribu bph, dan gas sebesar 1.041 mmscfd. "Diharapkan dengan on stream-nya dua proyek tersebut, kami dapat melampaui target produksi yang ditetapkan," kata Nanang berdasarkan pernyataan tertulisnya yang diterima Katadata, Rabu (12/4).

Sementara itu, pada bulan lalu, proyek Pengembangan Cikarang Tegal Pacing milik Pertamina EP telah beroperasi. Target produksi puncaknya sebesar 14 mmscfd. (Baca: Pertamina Mulai Alirkan Gas Lapangan Cikarang Tegal Pacing)

Di sisi lain, Pertamina EP tengah menyelesaikan proyek pengembangan Lapangan Jirak, yang kini sudah mencapai 7,6 persen. Proyek ini merupakan proyek migas dengan memakai​ teknologi pengurasan sumur atau Enhanced Oil Recovery (EOR). Proyek Lapangan Jirak ditargetkan rampung pada Desember 2018 dengan tambahan produksi sebesar 2.780 Bph.

Saat ini, kata Nanang, perusahaanya sudah melakukan kegiatan seismik untuk menunjang pencarian cadangan migas baru. Salah satunya melakukan seismik 2D Klamasosa di Papua Barat sepanjang 500 km yang dikerjakan secara multiyers, di mana  kegiatan seismik itu dilakukan secara bertahap, tahun ini targetnya 200 km, tahun depan 300 km.

"Untuk tren ke depan, menurut kami potensi yang besar letaknya ada di Kawasan Timur Indonesia," ujar Nanang.

Sebelumnya, Pertamina EP juga mendapatkan temuan eksplorasi pada 2014 di Sumur Piraiba di Tanjung Kalimantan Selatan. Mengacu potensi dari sumur Piraiba, Pertamina menarget total 350 km dari kegiatan seismik. Kemudian kami akan menambah data seismik 2D di area Tanjung Area Barat.

(Baca:: Pertamina EP Temukan Cadangan Baru Gas di Papua Barat)

Ada juga seismik di  Kupalanda di Area Bintuni Papua Barat yang sudah berjalan sejak tahun 2016. Nanang menargetkan penemuan migas di kawasan tersebut bakal signifikan jumlahnya.