BP Indonesia memulai penghentian sementara produksi gas alam cair (LNG) dari fasilitas pengolahan (Train) 2 Tangguh. Hal ini merupakan bagian dari proses pengecekan dan perawatan rutin fasilitas tersebut.
Head of Country BP Indonesia Dharmawan Samsu mengatakan, proses perawatannya dimulai sejak Senin (3/4) kemarin, dan diperkirakan berlangsung selama sekitar satu bulan. “Hingga sekitar minggu kedua bulan Mei 2017,” kata dia kepada Katadata, Selasa (4/4). (Baca: BP Hentikan Operasi Train 2 Tangguh untuk Proses Perawatan)
Menurut dia, penghentian kegiatan produksi ini tidak akan mengganggu komitmen pasokan gas kepada konsumen. Sebab, proses pengecekan dan perawatan sudah diperhitungkan dalam rencana produksi Tangguh tahun ini.
Sebagai gambaran, Train 2 ini merupakan salah satu dari tiga fasilitas pengolahan dalam proyek Tangguh LNG. Tangguh LNG adalah suatu pengembangan unitisasi dari enam lapangan gas yang terletak di wilayah Kontrak Kerja Sama (KKS) Wiriagar, Berau, dan Muturi di Teluk Bintuni, Papua Barat.
Tangguh dioperasikan oleh BP Berau Ltd sebagai kontraktor SKK Migas. BP memegang 37,16 persen saham di proyek tersebut. Mitra-mitra kontrak Tangguh lainnya adalah MI Berau B.V sebesar 16,30 persen, CNOOC Muturi Ltd sebesar 13,90 persen,Nippon Oil Exploration (Berau), Ltd sebesar 12,23 persen, KG Berau/KG Wiriagar 10,00 persen, Indonesia Natural Gas Resources Muturi Inc sebesar 7,35 persen, dan Talisman Wiriagar Overseas Ltd. 3,06 persen.
(Baca: BP Mulai Konstruksi Awal Proyek Train 3 Kilang Tangguh)
Saat ini produksi gas dari Train 2 bisa mencapai 3,8 juta ton per tahun (mtpa). Berdasarkan informasi dari situs resmi BP Indonesia, sepanjang tahun lalu BP telah mengirimkan 119 kargo LNG. Jumlahnya setara dengan 117,9 kargo standar, yang ukurannya mengacu pada kapasitas tanker 148 ribu metrik ton yang digunakan BP.
BP mengklaim jumlah penjualan kargo LNG tahun lalu merupakan yang terbanyak sepanjang sejarah beroperasinya kilang Tangguh yang telah dimulai sejak 2009. Kargo tersebut telah dikirimkan kepada para konsumen di dalam maupun luar negeri.
(Baca: Tangguh Jadi Proyek LNG Pertama yang Dibiayai Bank Lokal)
Dari 119 kargo, sebanyak 26 kargo untuk memasok kebutuhan dalam negeri. Pasokan LNG untuk dalam negeri ini sudah dimulai sejak 2013 dan meningkat setiap tahun. Adapun, pembelinya yakni PT Nusantara Regas sebanyak tiga kargo, PT PLN sebanyak 15 kargo, dan PT PGN LNG Indonesia sebanyak delapan kargo.