Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menargetkan produksi gas alam cair (Liquified Natural Gas/LNG) tahun ini bisa mencapai 278 kargo. Angka ini meningkat 2,8 persen dibandingkan tahun lalu yang hanya mencapai 270 kargo.
Jika dirinci, gas alam cair tersebut diproduksi di dua tempat. Produksi dari Kilang LNG Bontang di Kalimantan Timur mencapai 163 kargo, sedangkan yang berasal dari Kilang Tangguh di Papua sebanyak 115 kargo. (Baca: SKK Migas Menilai Impor Gas Tak Menjamin Harga Turun)
Kepala Humas SKK Migas Taslim Z. Yunus mengatakan peningkatan produksi LNG karena, proyek Jangkrik milik Eni sudah bisa beroperasi tahun ini. Proyek tersebut diperkirakan bisa memproduksi gas hingga 450 juta kaki kubik per hari (mmscfd). ''Juli akan mulai onstream,'' kata dia di Jakarta, Kamis (16/2).
Meski begitu, kata Taslim, peningkatan produksi tersebut belum bisa terserap sepenuhnya untuk kebutuhan dalam negeri. Industri domestik tidak bisa memanfaatkan gas tersebut, salah satunya karena keterbatasan infrastruktur gas yang ada di Indonesia saat ini.
Lebih dari 54 persen atau sebanyak 152 kargo LNG yang diproduksi tahun ini merupakan jatah ekspor. Ini berdasarkan komitmen kontrak jangka panjang yang ada sebelumnya yakni dengan pihak pembeli dari Jepang, Taiwan, dan Korea.
SKK Migas mencatat hanya 18,7 persen, yakni 52 kargo yang diharapkan bisa terserap untuk dalam negeri. Sekitar 42 kargo tengah menunggu persetujuan Kementerian ESDM untuk ekspor, dan sisanya masih belum memiliki pembeli alias belum laku. (Baca: Proyek Gas Matindok Akan Beroperasi Bulan Depan)
Taslim mengatakan, ekspor LNG salah satunya untuk memenuhi kebutuhan perusahaan migas ternama dunia. ''Ada beberapa kargo-kargo yang untuk kebutuhan hilir dari BP, itu dalam tahap usulan minta izin ekspor ke pemerintah,'' kata Taslim di Jakarta, Kamis (16/2).
Di sisi lain, pihak SKK Migas terus berupaya agar 32 kargo gas yang belum memiliki komitmen pembeli bisa terserap untuk industri dalam negeri atau Perusahaan Listrik Negara (PLN). Apalagi PLN merupakan pembeli terbesar LNG domestik. (Baca: Tak Laku, Pertamina Alokasikan Gas Simenggaris ke Kilang Cilacap)
Namun, untuk memastikan gas itu akan dibeli, memang memerlukan waktu. ''Biasanya last minute atau tiga bulan sebelum akhir tahun sudah bisa dipastikan apakah PLN butuh atau tidak,'' kata Taslim.