Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) optimistis target produksi siap jual (lifting) minyak tahun ini akan tercapai. Hingga saat ini lifting minyak harian telah melebihi target ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2016.
Wakil Kepala SKK Migas M. I. Zikrullah mengatakan tahun ini lifting minyak ditargetkan 820 ribu barel per hari (bph). Sementara realisasinya hingga saat ini sudah lebih dari angka tersebut. Jika produksi ini konsisten, sampai akhir tahun target lifting 2016 bisa dipastikan bakal terlampaui.
"Insyaallah (lifting minyak tercapai). Sesuai dengan target APBN," ujar Zikrullah saat ditemui di Kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jakarta, Jumat (25/11).
(Baca: Realisasi Lifting Minyak pada September Melampaui Target)
Dia menjelaskan produksi minyak dari Blok Cepu menjadi andalan untuk menopang lifting tahun ini. Saat ini produksi blok migas yang dikelola oleh ExxonMobil Indonesia masih konsisten di angka 165 ribu bph. Ke depan, produksi Blok Cepu juga masih akan menjadi penopang lifting minyak nasional dengan rencana peningkatan produksi minyak mencapai 200 ribu bph.
Meski target lifting diperkirakan bisa tercapai, Zikrulllah belum bisa memastikan apakah hal ini bisa berpengaruh pada peningkatan penerimaan negara dari sektor migas. Alasannya, fluktuasi harga minyak banyak dipengaruhi oleh kondisi global.
Menurutnya fokus SKK Migas adalah mengawal agar target lifting yang sudah ditetapkan bisa tercapai. "Ya kalau itu (target penerimaan) kan tergantung harga minyaknya. Kalau kami kan targetnya itu produksinya," ujar Zikrullah.
Tahun depan, pemerintah berharap ada peningkatan penerimaan negara dari sektor migas. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan dengan target lifting minyak 815 ribu bph dan pemangkasan dana cost recovery menjadi US$ 10,4 miliar akan mendorong penerimaan migas.
Alhasil, target penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) migas dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) migas naik dari Rp 95,7 triliun menjadi Rp 101,93 triliun. (Baca: Lifting Minyak Naik, Pemerintah Kerek Target Penerimaan 2017)