Medco Gandeng Mitra Baru di Proyek Pembangkit Listrik Jawa 1

Arief Kamaludin|KATADATA
Medco Energi
Penulis: Arnold Sirait
18/7/2016, 15.09 WIB

PT Medco Power Generation Indonesia menyatakan tetap tertarik untuk mengikuti proses lelang pembangkit listrik Jawa 1. Namun, dalam lelang kali ini anak usaha Grup Medco ini mengganti mitra konsorsium untuk menggarap proyek tersebut.

Presiden Direktur PT Medco Power Generation Indonesia Lukman Mahfoedz mengatakan, pihaknya dalam lelang kali ini akan menggandeng Korea Electric Power Corporation dan Nebras Power. Padahal, sebelumnya Medco bermitra dengan Mitsui. (Baca: PLN Ubah Syarat, Pertamina Ancam Mundur dari Proyek Listrik Jawa 1)

Menurut Lukman, pergantian mitra tersebut karena Medco menilai pembangkit Jawa 1 merupakan proyek yang penting dan strategis. “Jadi kami bermitra dengan yang punya komitmen,” kata dia saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (18/7).

Lukman mengatakan, Medco tidak terlalu mempermasalahkan perubahan persyaratan tersebut. Apalagi, kepastian pasokan gas juga merupakan hal yang penting untuk pembangkit listrik.

Rencananya, dokumen lelang untuk Jawa 1 akan dikirim pekan depan. “Kami masih ikut tender Jawa 1, walaupu syarat usahanya diubah,” ujar dia.

Sekadar informasi, PLN mengubah ketentuan lelang Jawa 1 pada Mei lalu. PLN membuat aturan baru yaitu peserta lelang yang menang harus menggunakan gas dari Lapangan Tangguh di Teluk Bintuni, Papua, sebagai bahan bakar pembangkit. (Baca: Putusan Final Investasi Tercapai, Kilang 3 Tangguh Siap Dibangun)

Direktur Pengadaan PLN Supangkat Iwan Santoso mengatakan, perubahan syarat didasarkan pada kepentingan bersama. Dengan ketentuan baru ini, pengoperasian pembangkit ini dapat segera berjalan. Di sisi lain, ketentuan sebelumnya yang meminta pasokan gas mesti dari peserta lelang merupakan suatu kesalahan.

Menurut Iwan, percepatan pengoperasian tersebut mengacu pada proses financial closing yang lebih mudah. Sebab, perhitungan kebutuhan gas tidak perlu dimasukan karena sudah ditanggung PLN. Sehingga, pendanaannya hanya untuk pembangunan, sehingga memudahkan untuk memasuki tahap konstruksi.

Setelah seluruh konstruksi telah terbangun, PLN dapat menyalurkan gas yang dimilikinya dan pada 2018 pembankit beroperasi. Hal ini berbeda apabila gas harus disediakan oleh investor yang masih harus menyediakan fasilitas-fasilitas penunjang gas, terlebih lagi jika masih mencari sumber gasnya. (Baca: Porsi Gas di Pembangkit Listrik Naik Jadi 25 Persen)

Iwan pun menyatakan, ada dua alasan lain mengapa ketentuan lelang diubah. Pertama, ketentuan ini bukan atas permintaan langsung dari Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiataan Usaha Hulu Migas (SKK Migas). Hanya, memang ada arahan dari SKK Migas untuk mengutamakan penggunaan gas domestik.

Wakil Kepala SKK Migas M.I Zikrullah membenarkan soal prioritas penggunan gas dari produksi dalam negeri. “Pada dasarnya, optimalisasi pemanfaatan gas domestik harus diutamakan untuk mendukung aktivitas hulu dan terpenuhinya kebutuhan energi,” kata Zikrullah kepada Katadata.

Proyek Jawa-1 merupakan pembangkit listrik terbesar yang menggunakan gas dalam program 35 gigawatt (GW). Kapasitasnya mencapai 2x800 megawatt (MW). Pemenang lelang proyek ini memiliki masa konsesi selama 25 tahun sebelum pembangkit listrik tersebut diserahkan kepada negara dalam hal ini PLN. (Baca: Pertamina Ancam Mundur, PLN Ngotot Lelang Pembangkit Jawa 1)

Adapun kebutuhan gas untuk operasionalnya cukup besar yaitu 250 mmfcfd. Alhasil, proyek ini dapat memenuhi persyaratan megaproyek 35 GW, yaitu membangun pembangkit listrik tenaga gas sebesar 20 persen dari total program pemerintah tersebut.