Harga Minyak Kembali Bangkit Terdorong Penurunan Persediaan Minyak AS
Harga minyak mentah dunia mulai naik pada perdagangan Rabu (29/7) waktu Indonesia terdorong oleh data persediaan minyak Amerika Serikat (AS). Meski demikian, kekhawatiran pasar akan lonjakan kasus baru virus corona di belahan negara dunia turut menahan laju harga minyak.
Mengutip Bloomberg hingga pukul 08.45 WIB, harga minyak Brent untuk kontrak pengiriman September 2020 naik 0,14% menjadi US$ 43,28 per barel. Sedangkan harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman September 2020, meski sempat naik 0,34%, tak lama berselang hanyanya turun 0,12% ke level US$ 40,99 per barel.
Brent masih berada di jalur untuk kenaikan bulanan keempat, sedangkan minyak mentah berjangka WTI diperkirakan akan naik untuk bulan ketiga.
Berdasarkan laporan American Petroleum Institute, persediaan minyak mentah AS turun 6,8 juta barel dalam pekan ini hingga 24 Juli menjadi 531 juta barel. Namun, angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan ekspektasi analis yang memproyeksikan pasokan 357.000 barel.
Di wilayah lain, perusahaan pengilangan di India memangkas pemrosesan minyak mentah dan menutup unit untuk pemeliharaan. Langkah ini sejalan dengan menurunnya permintaan bahan bakar domestik hingga margin penyulingan global yang melemah.
"Hal ini sementara waktu bisa meredakan kekhawatiran tekanan permintaan yang sedang berlangsung akibat pandemi corona," kata Kepala Strategi Pasar Global di AxiCorp Stephen Innes, mengatakan dalam sebuah laporan.
Lonjakan kasus corona menyebabkan pasar khawatir akan menurunnya permintaan bahan bakar minyak sehingga menyebabkan pasar kelebihan pasokan (over suplai). Adapun saat ini AS merupakan salah satu konsumen minyak terbesar di dunia.
Dari total 16,8 juta kasus corona dunia, Negeri Paman Sam masih menempati posisi teratas kasus terbanyak dengan 4,49 juta pasien terinfeksi.
Empat negara bagian AS sempat melaporkan kasus corona harian pada Selasa (28/7) kemarin. Bahkan di Texas saat ini jumlahnya telah mencapai 400.000 kasus.
Sedangkan di Hong Kong, pemerintahnya kembali memperingatkan ancaman wabah berskala besar serta meminta warganya untuk tetap tinggal di rumah.