PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) menyatakan terus konsisten mendukung nilai tambah dan pertumbuhan perekonomian nasional dengan optimalisasi utilitas gas bumi. Adapun salah satu pendorong perekonomian adalahs sektor industri.
Oleh karena itu, PGN menyatakan bakal memenuhi kebutuhan gas bumi industri dengan harga yang kompetitif.
"PGN terus berupaya mendukung daya saing melalui efisiensi pada penggunaan bahan bakar, dengan menyalurkan gas bumi ke berbagai wilayah, maupun di Kawasan Industri dan Kawasan Ekonomi Khusus," kata Sekretaris Perusahaan PGN, Rachmat Hutamadalam keterangan tertulis, Selasa (11/8).
Saat ini PGN telah melayani di sekitar 41 kawasan industri dari total 87 kawasan industri nasional. Pada 2019, untuk mendukung pemanfaatan gas bumi dan efisiensi penggunaan bahan bakar, PGN telah menambah wilayah penyaluran gas bumi ke berbagai sektor industri seperti Dumai, PKC dan Purwakarta-Subang.
Perusahaan mencatat, saat ini ada lebih dari 128 industri di 8 kawasan industri di wilayah Bekasi telah menggunakan gas bumi PGN.
Berdasarkan volume penyaluran gas bumi ke pelanggan, mayoritas pelanggan gas terbesar perseroan saat ini berasal dari segmen komersial–industri. Segmen ini memiliki total serapan gas bumi sebesar 99,4% dari penyaluran gas bumi PGN.
Menurutnya, kawasan industri telah berjalan beriringan dengan proses industrialisasi menjadi salah satu penyumbang lapangan kerja, meningkatkan daya saing, dan pertumbuhan ekonomi.
Sejalan dengan hal tersebut, PGN juga tengah merampungkan implementasi kebijakan harga gas terhadap industri tertentu sebesar US$ 6 per MMBTU sesuai dengan Kepmen ESDM 89.K/ 2020. Komitmen tersebut diharapkan bisa berdampak positif dalam rangka pemulihan perekonomian industri nasional di tengah pandemi Covid-19.
Dengan harga US$ 6 per MMBTU sesuai Kepmen ESDM, industri penerima manfaat pengguna gas bumi sebagai energi pokok diperkirakan dapat memperoleh efisiensi yang cukup signifikan. Oleh karena itu , perusahaan bakal melakukan monitoring pasokan dan kondisi operasional jaringan pipa gas agar pemenuhan kebutuhan gas tidak terhambat.
Sebagai contoh, industri keramik menargetkan untuk mendongkrak daya saing. Sementara industri sarung tangan karet harus melakukan proses produksi lebih karena permintaan sarung tangan karet yang meningkat di tengah pendemi.
“Kami berharap serapan gas dengan harga yang kompetitif, benar-benar dapat optimal dimanfaatkan untuk bisa memulihkan kembali kegiatan operasi,” ujar Rachmat.