Dampak Corona & Stimulus AS Buntu Bawa Harga Minyak Merosot

ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
Foto udara kawasan Kilang RU VI Balongan, Indramayu, Jawa Barat, Jumat (24/1/2020). Harga minyak pada Rabu (19/8) menurun lantaran sentimen negatif dampak penularan corona dan negosiasi stimulus ekonomi AS yang mentok.
19/8/2020, 08.55 WIB

Harga minyak mentah dunia menurun pada perdagangan Rabu (19/8) WIB di tengah kekhawatiran turunnya permintaan dampak Covid-19. Padahal harga sempat membaik setelah pemangkasan produksi yang dilakukan negara produsen minyak dunia dan sekutunya (OPEC+).

Mengutip Bloomberg pada hari ini pukul 08.00 WIB, harga minyak Brent untuk kontrak pengiriman Oktober 2020 turun 0,77% menjadi US$ 45,11 per barel. Sedangkan harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman September 2020 anjlok 0,61% ke US$ 42,63 per barel.

Pandemi yang telah berkecamuk selama berbulan-bulan belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Di Amerika Serikat, hampir 11,5 juta orang telah terinfeksi virus ini dan lebih dari 170 ribu orang meninggal akibat penyakit tersebut.

Selain itu buntunya pembicaraan stimulus terbaru di Kongres Amerika Serikat turut menahan laju harga minyak hari ini. Bantuan fiskal ini diperlukan AS untuk membendung kejatuhan ekonomi dampak pandemi.

"Masih ada kekhawatiran tentang Covid-19 dan kurangnya kesepakatan di Kongres untuk stimulus," kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group di Chicago dilansir dari Reuters, Rabu (19/8).

Faktor lainnya adalah adanya beberapa negara Eropa yang memperbarui larangan bepergian demi mencegah penularan virus. Hal ini akan berdampak pada merosotnya permintaan bahan bakar jet dan kendaraan bermotor lainnya.

Padahal tingkat kepatuhan anggota OPEC+ untuk mengurangi produksi minyaknya mencapai 95 sampai 97% pada Juli lalu. Sedangkan pada Agustus, OPEC + mengurangi pemotongan produksi dari 9,7 juta menjadi 7,7 juta barel per hari (bph).

OPEC juga akan mengadakan pertemuan panel setingkat Menteri pada hari ini. “Harapannya OPEC+ meminta kepatuhan yang ketat dan mendukung keberhasilan langkah hingga saat ini,” kata Bjornar Tonhaugen dari Rystad Energy.