PT Medco Energi Internasional Tbk membuka peluang bergabung mengelola Blok Rokan bersama PT Pertamina (Persero). Rencana ini seiring alih kelola blok migas itu dari PT Chevron Pacific Indonesia yang akan rampung pada tahun depan.
Direktur Utama PT Medco Energi Internasional Tbk Hilmi Panigoro mengatakan perusahaan selalu mencermati setiap peluang bisnis yang ada. "Kalau terms and condition serta harganya cocok, pasti kami akan kejar. Jadi, untuk menjawab pertanyaan soal Rokan, pasti kami kejar," kata dia dalam diskusi secara virtual, Selasa (8/12).
Saat ini Pertamina memang sedang mencari mitra untuk mengelola Blok Rokan. Hal ini pun sesuai dengan arahan pemerintah. Hilmi mengatakan Medco terbuka jika Pertamina meminta untuk bergabung dalam memburu cadangan migas baru. "Kami dengan senang hati menyambut itu," ujarnya.
Sinergi ini juga sejalan dengan upaya pemerintah dalam menggenjot capaian target produksi minyak 1 juta barel di 2030. Medco memiliki empat strategi untuk berkontribusi dalam target itu. Pertama, mengurangi tingkat penurunan produksi minyak. Kedua, mengubah sumber daya minyak menjadi cadangan.
Lalu, mengoptimalkan penerapan teknologi tingkat lanjut, seperti teknologi pengurasan sumur minyak atau enhanced oil recovery (EOR). Terakhir, melakukan kegiatan eksplorasi secara masif. “Keempat-empatnya sedang kami laksanakan secara paralel,” ucap Hilmi.
Medco Tak Tertarik Masuk ke Bisnis Kilang
Untuk sektor hilir migas, seperti pembangunan kilang minyak, Medco belum memasukkannya dalam skala prioritas. Pasalnya, perusahaan masih akan fokus mengembangkan sisi hulu.
Hilmi juga melihat tren sektor otomotif ke depan adalah kendaraan listrik. Karena itu, investasi di sektor kilang, menurut dia, kurang strategis.
Kondisinya berbeda apabila kilang minyak terintegrasi dengan Bisnis petrokimia. Produk turunan minyak ini masih memiliki prospek cerah di masa depan. “Kalau kilangnya hanya untuk bahan bakar minyak (BBM), saat ini kondisinya sudah kelebihan pasokan di dunia. Itu hanya pendapat kami sebagai perusahaan," kata Hilmi.
Hilmi Prediksi Harga Minyak Pulih Tahun Depan
Perkembangan vaksin Covid-19 cukup positif dalam sebulan terakhir. Bahkan vaksin buatan Sinovac dari Tiongkok telah tiba di Indonesia pada akhir pekan lalu. Hilmi berharap hal itu akan mengakhiri pandemi dan memperbaiki haga minyak mentah dunia.
Prediksinya pada kuartal III tahun depan, harga minyak bisa berada di level US$ 50 hingga US$ 60 per barel. “Asalkan distribusi vaksin virus corona berjalan lancar, permintaan bisa balik lagi,” kata Hilmi.
Pandemi Covid-19, menurut dia, telah menekan bisnis industri minyak dan gas bumi alias migas. Permintaan bahan bakar melemah sehingga harga emas hitam pun ikut tertekan.
Hilmi mengatakan, perusahaan terpaksa memangkas belanja modalnya tahun ini. “Target produksi migas kami turunkan sedikit, dari 115 ribu barel ekuivalen minyak per hari (BOEPD) menjadi 100 hingga 105 ribu barel ekuivalen minyak per hari,” ujarnya.
Meskipun banyak perusahaan migas dunia mulai bertransformasi ke energi baru terbarukan, namun kebutuhan minyak domestik masih akan cukup besar. Saat ini kebutuhannya sekitar 1,6 juta barel per hari. Produksi dalam negeri hanya berkisar di angka 700 ribu barel per hari.
Karena itu, perusahaan akan tetap menggenjot bisnis hulu migasnya. “Kami masih akan agresif melakukan ekspansi, baik melalui akuisisi maupun eksplorasi,” kata Hilmi.