Persaingan pasar gas alam cair alias LNG global pada tahun ini diperkirakan semakin ketat. Penyebabnya, banyak proyek LNG di dunia yang mulai on stream atau berproduksi secara bersamaan dan melemahnya permintaan di sektor energi imbas pandemi corona.
Kondisi ini membuat pasokan LNG dunia akan oversupply atau kelebihan pasokan. SKK Migas berupaya menyiasati kondisi pasar global ini dengan menerapkan berbagai strategi pemasaran LNG baik untuk jangka pendek, menengah dan panjang.
"Akan disesuaikan dengan kondisi pasar LNG Global, dengan tetap memprioritaskan LNG untuk kebutuhan domestik," kata Deputi Monetisasi dan Keuangan SKK Migas Arief Setiawan Handoko, kepada Katadata.co.id, Rabu (6/1).
Saat ini produksi LNG Indonesia masih bergantung pada operasional dua kilang yakni Bontang di Kalimantan Timur dan Tangguh di Papua. Arief mengatakan produksi kedua kilang tersebut pada tahun ini diproyeksi mencapai 200,74 kargo.
Proyeksi produksi LNG tahun ini menurun 2,9% dibanding realisasi produksi pada 2020. Total produksi LNG tahun lalu sebanyak 206,9 kargo.
Pada tahun ini, target produksi dari Kilang LNG Bontang sebesar 77,74 standar kargo. Dari jumlah tersebut, sebanyak 52,04 standar kargo diperuntukkan untuk ekspor dan 18,7 standar kargo untuk domestik, dan 7 standar kargo volume yang belum terkontrak akan diprioritaskan untuk kebutuhan domestik.
Sedangkan proyeksi produksi pada Kilang Tangguh sebanyak 123 standar kargo. Sebanyak 86 standar kargo diperuntukkan untuk ekspor dan 35 standar kargo diperuntukkan untuk domestik. Selain itu, terdapat 2 standar kargo volume yang belum terkontrak yang akan diprioritaskan untuk kebutuhan domestik.
Realisasi produksi LNG sepanjang tahun lalu yakni untuk Kilang LNG Bontang sebanyak 84,9 standar kargo dengan rincian 61,4 standar kargo domestik dan 23,5 standar kargo diperuntukan ekspor.
Sedangkan Kilang LNG Tangguh, realisasi produksinya mencapai 122 standar kargo yang meliputi 21 standar kargo untuk domestik dan 101 standar kargo diperuntukkan ekspor. "Angka ini sedikit lebih tinggi dari proyeksi awal 2020 dengan rencana lifting Bontang sebesar 84,8 standar kargo dan Tangguh sebanyak 121 standar kargo," kata dia.
Meski persaingan memperebutkan pasar LNG saat ini cukup ketat. Namun, permintaan LNG diperkirakan bakal meningkat dalam beberapa tahun ke depan. Hal ini seiring dengan masifnya negara di Asia menggenjot bahan bakar fosil tersebut.
Indonesia pun berpeluang menangkap pasar itu. Apalagi akhir tahun lalu kontrak penjualan LNG jangka panjang dengan Western Buyer Extention atau WBX rampung.
Salah satu negara yang sedang mengerjakan proyek gas alam cair adalah Tiongkok. Melalui perusahaan pelat merah, negara itu berencana menambah 1,62 juta meter kubik tangki penyimpanan gas alam cair di Binhai, Provinsi Timur Jiangsu.
Perluasan tersebut akan terdiri dari enam tangki dengan kapasitas penyimpanan masing-masing 270 ribu meter kubik. Mengutip Reuters, Komisi Pengawasan dan Administrasi Aset Milik Negara Tiongkok menyebutkan konstruksi proyek itu ditargetkan selesai pada 2023.
Pemerintah Henan bakal berinvestasi dalam dua tangki. CNOOC akan tetap mengoperasikannya untuk memenuhi permintaan gas dari Henan dan Jiangsu.
Untuk tahap pertama, terminal LNG Binhai CNOOC dirancang untuk menerima tiga juta ton LNG per tahun. Ada empat tangki penyimpanan di dalamnya dan akan beroperasi pada 2021.